Jumat, 30 Mei 2014
Case #10 - Ketakutan, agresif dan kesenangan
Bridget adalah orang yang sangat sensitif. Sebelumnya dia punya alergi yang parah, dan sangat sensitif secara fisik terhadap lingkungan dan juga mudah ketakutan.
Dia mengatakan betapa sulit baginya kalau ada seseorang yang marah padanya. Dia merasa tertekan, meskipun hanya bertentangan pendapat dengan rekannya.
Dia mengatakan 'tubuhku bukanlah tubuhku, aku mati rasa, tidak merasakan apa pun '.
Jadi sulit baginya untuk tetap merasakan keadaan, khususnya jika seseorang di sekitarnya merasa tidak senang.
Saya bertanya tentang kesalahan yang pernah dia lakukan. Dia mengatakan kalau terkadang dia keras kepala, atau tidak peka terhadap orang lain.
Saya menceritakan tentang sikapku yang keras kepala dan tidak peka.
Dia bilang dia bisa menatap seseorang dengan sangat tajam, sehingga orang lain perlahan-lahan menjauh.
Saya memintanya untuk membayangkan seperti apa kedua matanya. Dia bilang 'mataku berwarna merah membara, aku bahkan bisa membunuh seseorang dengan ini'. Saya meyakinkannya untuk tetap membayangkan "mata merah membara" yang dimaksud olehnya dan mengarahkannya pada orang lain. Kemudian dia bilang kalau dia membayangkan sedang menghajar wajah seseorang.
Saat masih muda, dia selalu diperalat oleh pria secara seksual, dan dia sangat marah pada pria karena hal itu.
Jadi saya memintanya untuk membayangkan suatu keadaan, di mana dia sedang menghajar pria yang memanfaatkannya.
Dia merasakan kekuatan dalam dirinya, dan saya memintanya untuk merasakannya di bagian tubuh lainnya. Dia merasakan kekuatan di otot-ototnya, kulit dan kakinya.
Sebelumnya, dia merasa kalau tubuhnya mengalam siksaaan, tapi sekarang dia merasa lebih baik.
Kami berbicara tentang seksualitas dirinya. Selama beberapa tahun dia mengalami ketakutan seksual dan dengan mudah menurut pada pasangannya.
Saya memintanya untuk membayangkan dia bertindak agresif secara seksual terhadap pasangannya. Bayangan yang muncul terlihat menarik baginya.
Kami memeriksa bagian lain dari pengalaman hidupnya di mana dia bisa bertindak agresif - misalnya bermain base ball dengan anaknya.
Dia merasakan sesuatu yang luar biasa.
Pada sesi ini kami memulai dengan sifatnya yang mudah tertekan dan takut. Keadaan seperti ini sudah tidak asing baginya, dan sudah menjadi bagian dari pengalaman hidupnya saat dewasa. Hal ini mengganggu hubungan dengan suaminya, dan juga dapat mengganggu komunikasi yang baik antar suami-istri.
Posisi sulit seperti ini, merupakan polaritas yang berlawanan dari seseorang yang memberi pengaruh kuat pada orang lain. Meskipun dia terkesan hanya diam, dengan mengidentifikasi pengalamannya sebagai 'pemberi dorongan', kita dapat masuk ke dalam amarah yang dirasakannya.
Matanya merupakan kunci untuk mendalami pengalaman yang berkaitan dengan amarahnya. Gambaran menjadi seseorang yang agresif dapat menunjukkannya.
Ini bukanlah usaha untuk meyakinkannya agar bertindak agresif pada orang lain. Ini tentang masuk ke dalam polaritas yang berlawanan sehingga dapat diintegrasikan untuk semua orang.
Perubahannya sangat dramatis. Dia tidak lagi sensitif, merasa tidak berdaya, ragu-ragu atau merasa terpisahkan. Dia tidak hanya membalikkan keadaan, tapi juga bisa lebih aktif dalam hal seksual bersama pasangannya, sesuatu yang sudah lama tidak terjadi.
Sikap agresif yang dilakukannya menjadi sangat berguna, baik dalam hal hubungan seksual, atau juga hubungan dengan anaknya dan memberinya perspektif yang berbeda.
Dia mengatakan betapa sulit baginya kalau ada seseorang yang marah padanya. Dia merasa tertekan, meskipun hanya bertentangan pendapat dengan rekannya.
Dia mengatakan 'tubuhku bukanlah tubuhku, aku mati rasa, tidak merasakan apa pun '.
Jadi sulit baginya untuk tetap merasakan keadaan, khususnya jika seseorang di sekitarnya merasa tidak senang.
Saya bertanya tentang kesalahan yang pernah dia lakukan. Dia mengatakan kalau terkadang dia keras kepala, atau tidak peka terhadap orang lain.
Saya menceritakan tentang sikapku yang keras kepala dan tidak peka.
Dia bilang dia bisa menatap seseorang dengan sangat tajam, sehingga orang lain perlahan-lahan menjauh.
Saya memintanya untuk membayangkan seperti apa kedua matanya. Dia bilang 'mataku berwarna merah membara, aku bahkan bisa membunuh seseorang dengan ini'. Saya meyakinkannya untuk tetap membayangkan "mata merah membara" yang dimaksud olehnya dan mengarahkannya pada orang lain. Kemudian dia bilang kalau dia membayangkan sedang menghajar wajah seseorang.
Saat masih muda, dia selalu diperalat oleh pria secara seksual, dan dia sangat marah pada pria karena hal itu.
Jadi saya memintanya untuk membayangkan suatu keadaan, di mana dia sedang menghajar pria yang memanfaatkannya.
Dia merasakan kekuatan dalam dirinya, dan saya memintanya untuk merasakannya di bagian tubuh lainnya. Dia merasakan kekuatan di otot-ototnya, kulit dan kakinya.
Sebelumnya, dia merasa kalau tubuhnya mengalam siksaaan, tapi sekarang dia merasa lebih baik.
Kami berbicara tentang seksualitas dirinya. Selama beberapa tahun dia mengalami ketakutan seksual dan dengan mudah menurut pada pasangannya.
Saya memintanya untuk membayangkan dia bertindak agresif secara seksual terhadap pasangannya. Bayangan yang muncul terlihat menarik baginya.
Kami memeriksa bagian lain dari pengalaman hidupnya di mana dia bisa bertindak agresif - misalnya bermain base ball dengan anaknya.
Dia merasakan sesuatu yang luar biasa.
Pada sesi ini kami memulai dengan sifatnya yang mudah tertekan dan takut. Keadaan seperti ini sudah tidak asing baginya, dan sudah menjadi bagian dari pengalaman hidupnya saat dewasa. Hal ini mengganggu hubungan dengan suaminya, dan juga dapat mengganggu komunikasi yang baik antar suami-istri.
Posisi sulit seperti ini, merupakan polaritas yang berlawanan dari seseorang yang memberi pengaruh kuat pada orang lain. Meskipun dia terkesan hanya diam, dengan mengidentifikasi pengalamannya sebagai 'pemberi dorongan', kita dapat masuk ke dalam amarah yang dirasakannya.
Matanya merupakan kunci untuk mendalami pengalaman yang berkaitan dengan amarahnya. Gambaran menjadi seseorang yang agresif dapat menunjukkannya.
Ini bukanlah usaha untuk meyakinkannya agar bertindak agresif pada orang lain. Ini tentang masuk ke dalam polaritas yang berlawanan sehingga dapat diintegrasikan untuk semua orang.
Perubahannya sangat dramatis. Dia tidak lagi sensitif, merasa tidak berdaya, ragu-ragu atau merasa terpisahkan. Dia tidak hanya membalikkan keadaan, tapi juga bisa lebih aktif dalam hal seksual bersama pasangannya, sesuatu yang sudah lama tidak terjadi.
Sikap agresif yang dilakukannya menjadi sangat berguna, baik dalam hal hubungan seksual, atau juga hubungan dengan anaknya dan memberinya perspektif yang berbeda.
Senin, 26 Mei 2014
Case #9 - Solusinya adalah tidak memberi solusi
Jane memiliki seorang anak yang masih remaja. Dia punya masalah dalam memberi motivasi pada anaknya, dan bingung apakah dia harus memberi tekanan pada anaknya untuk belajar dengan baik di sekolah, atau memberikan kesempatan pada anaknya untuk menemukan sendiri kemampuannya. Anakanya sering menghabiskan waktu di internet.
Dia meminta nasihat, solusi, dan bimbingan pada saya.
Tentu saja, sebagian dari diri saya akan senang untuk memberinya nasihat karena saya juga punya 5 orang anak. Ada banyak pendapat yang menurut saya dapat membantu.
Tapi, saya menolak permintaannya, dan lebih fokus pada perasaannya saat dia memberitahu situasinya. Dia mengingat pengalaman positif dalam posisinya sebagai orang tua untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bisa berdampak pada anaknya. Sulit untuk menjaganya di sisiku, tetap bersamaku, dan juga menjaga perasaannya.
Saya mengutarakan bagaimana perasaanku saat membesarkan anakku yang masih remaja. Hal itu membuatnya sedikit lebih terbuka dan dia mulai membahas ketakutan dan kegelisahan yang dialaminya. Tapi sambil menjelaskan, dia tersenyum. Saya berkomentar tentang apa yang saya lihat dan dengar, lalu bertanya padanya apakah dia merasa ada yang berbeda.
Dia berbicara tentang bagaimana dia berusaha terlihat bahagia, daripada terus-terusan khawatir dan murung. Untuk beberapa alasan hal ini bekerja padanya.
Tapi rasa tegang yang nampak dari dirinya membuktikan kalau itu tidak sepenuhnya bekerja.
Jadi saya tetap fokus pada keadaan saat ini, pada pengalamannya, dan membahas tentang kesulitan yang pernah kualami saat aku punya anak yang seusia dengan anaknya.
Perlahan-lahan. dia sudah mulai bisa memahami hal ini. Saya memintanya untuk menarik nafas dalam-dalam.
Dia merasa ada yang salah dalam hidupnya. Lalu saya berpikir, daripada memberi solusi untuk menyelesaikan masalahnya itu, lebih baik saya tetap bersamanya untuk sementara. Saya meminta waktu satu menit dan tetap bersama dengannya selama kurun waktu itu.
Dia merasa santai, lalu mulai merasakan panas dari dalam. Saya mengatakan padanya untuk memegang erat bagian sisi perutnya, di sekitar tulang iga. Pada titik ini saya membantunya meningkatkan kesadaran. Normalnya, dia akan merasakan kekhawatiran dan kegelisahan di perutnya. Dan sekarang di merasa nyaman. Saya mengundangnya untuk merasakan masalah ini lebih dalam lagi.
Sekarang, saat perasaannya sudah semakin dalam, dia mulai menangis. Dia mulai terbuka untuk mengutarakan perasaannya. Baik kesedihan maupun kenyamanan hadir secara bersamaan.
Ini adalah titik penggabungan.
Akhirnya, saya menawarkannya sebuah prinsip keluarga yang pernah saya terapkan dan sangat bermanfaat. Dan sekarang dia bisa menerima hal tersebut dengan hati yang terbuka, daripada hanya memberi ide-ide intelektual.
Yang paling penting di sini adalah, daripada memberikan solusi yang di inginkan olehnya, akan lebih baik jika saya tetap tinggal dalam kondisi saat ini(kondisi yang ingin dihindari olehnya), dan menemaninya saat dia tersesat, sehingga membuatnya lebih mengenal dirinya. Fokuslah pada hubungan daripada sikap.
Dia meminta nasihat, solusi, dan bimbingan pada saya.
Tentu saja, sebagian dari diri saya akan senang untuk memberinya nasihat karena saya juga punya 5 orang anak. Ada banyak pendapat yang menurut saya dapat membantu.
Tapi, saya menolak permintaannya, dan lebih fokus pada perasaannya saat dia memberitahu situasinya. Dia mengingat pengalaman positif dalam posisinya sebagai orang tua untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk yang bisa berdampak pada anaknya. Sulit untuk menjaganya di sisiku, tetap bersamaku, dan juga menjaga perasaannya.
Saya mengutarakan bagaimana perasaanku saat membesarkan anakku yang masih remaja. Hal itu membuatnya sedikit lebih terbuka dan dia mulai membahas ketakutan dan kegelisahan yang dialaminya. Tapi sambil menjelaskan, dia tersenyum. Saya berkomentar tentang apa yang saya lihat dan dengar, lalu bertanya padanya apakah dia merasa ada yang berbeda.
Dia berbicara tentang bagaimana dia berusaha terlihat bahagia, daripada terus-terusan khawatir dan murung. Untuk beberapa alasan hal ini bekerja padanya.
Tapi rasa tegang yang nampak dari dirinya membuktikan kalau itu tidak sepenuhnya bekerja.
Jadi saya tetap fokus pada keadaan saat ini, pada pengalamannya, dan membahas tentang kesulitan yang pernah kualami saat aku punya anak yang seusia dengan anaknya.
Perlahan-lahan. dia sudah mulai bisa memahami hal ini. Saya memintanya untuk menarik nafas dalam-dalam.
Dia merasa ada yang salah dalam hidupnya. Lalu saya berpikir, daripada memberi solusi untuk menyelesaikan masalahnya itu, lebih baik saya tetap bersamanya untuk sementara. Saya meminta waktu satu menit dan tetap bersama dengannya selama kurun waktu itu.
Dia merasa santai, lalu mulai merasakan panas dari dalam. Saya mengatakan padanya untuk memegang erat bagian sisi perutnya, di sekitar tulang iga. Pada titik ini saya membantunya meningkatkan kesadaran. Normalnya, dia akan merasakan kekhawatiran dan kegelisahan di perutnya. Dan sekarang di merasa nyaman. Saya mengundangnya untuk merasakan masalah ini lebih dalam lagi.
Sekarang, saat perasaannya sudah semakin dalam, dia mulai menangis. Dia mulai terbuka untuk mengutarakan perasaannya. Baik kesedihan maupun kenyamanan hadir secara bersamaan.
Ini adalah titik penggabungan.
Akhirnya, saya menawarkannya sebuah prinsip keluarga yang pernah saya terapkan dan sangat bermanfaat. Dan sekarang dia bisa menerima hal tersebut dengan hati yang terbuka, daripada hanya memberi ide-ide intelektual.
Yang paling penting di sini adalah, daripada memberikan solusi yang di inginkan olehnya, akan lebih baik jika saya tetap tinggal dalam kondisi saat ini(kondisi yang ingin dihindari olehnya), dan menemaninya saat dia tersesat, sehingga membuatnya lebih mengenal dirinya. Fokuslah pada hubungan daripada sikap.
Jumat, 23 Mei 2014
Case #8 - Kehilangan kepercayaan pada pria
Gabriella punya anak laki-laki berumur 4 tahun, dan sedang hamil 5 bulan dari seorang pria bernama Jose, yang bisa disebut pacarnya. Mereka sudah menjalin hubungan selama 2 tahun.
Dia merasakan konflik dalam hubungannya. Jose sangat ingin memiliki bayi. Jose punya seorang anak lain berumur 9 tahun dari wanita lain yang tidak tinggal dengannya.
Gabriella marah pada pria itu. Ayahnya tinggal menyendiri di tempat yang jauh, dan jarang menghubunginya. Jadi dia tidak hanya ingin merasakan kebaikan dari seorang pria, tapi juga ingin lebih dekat.
Jose memang bersamanya, tapi dia masih ragu untuk menikahinya. Gabriella agak marah padanya karena hal itu, dan itulah yang membuat mereka memiliki jarak dalam hubungan. Tapi kemudian Gabriella takut kehilangan pasangannya. Dia berusaha menguatkan dirinya, dan melakukan hal seperti biasa - seakan dia sudah lebih kuat dan hanya bergantung pada dirinya saja.
Yang jadi masalah, kalau dia seperti itu, dia akan semakin sulit mendapatkan dukungan dan kebaiknya yang diinginkannya.
Jadi saya mengajaknya untuk menceritakan masalahnya- lagipula saya adalah seorang pria. saya memintanya untuk memberitahu alasan kenapa dia tidak percaya pada pria. Lalu dia bilang begini 'saya tidak percaya kalau anda bisa menjadi orang baik, menurut saya anda ada di sini hanya untuk keuntungan anda saja' dan semacamnya.
Dia enggan menceritakan masalah secara jelas, tapi saya berusaha meyakinkannya, mengatakan kalau saya siap dan yakin akan diri saya, dan saya bisa mengatasinya.
Lalu dia menceritakannya. Saya bertanya tentang apa yang dia rasakan - dia bilang kalau dia tidak merasakan apa-apa. Jadi saya memintanya untuk menarik nafas, dan lebih jujur pada diri sendiri. Dia bisa merasakan amarahnya. Saya memintanya untuk mengatakannya lagi pada saya, dengan mengekspresikan amarahnya.
Setelah dia sudah mulai tenang, dia mengatakan kalau ini adalah pengalaman yang akan selalu dia ingat. Dia merasa kalau keinginannya sejak kecil untuk mengekspresikan amarah dan kebutuhannya secara bersamaan bisa terpenuhi.
Ini bukanlah pengalaman yang bisa menjadi obat sepanjang waktu. Tapi ini adalah sebuah pengalaman baru yang mendalam, dan karena dia sudah bisa menyatukan perasaannya, dan hal itu menjadi bagian yang baru dari dirinya, pengetahuan dan kekuatan serta pengalaman akan membuatnya tidak lagi merasa terbebani oleh beban yang sangat berat.
Tentu saja, kemampuannya yang sudah meningkat bisa menciptakan siklus positif dalam hubungannya, jadi dia bisa mendapatkan hasil akhir yang berbeda dari yang pernah didapatkannya.
Proses Gestalt memusatkan perhatian terhadap keadaan yang pernah dialaminya lalu membuat suatu eksperimen untuk menghasilkan pengalam baru dalam hubungan. Saya menggunakan diri saya sendiri, sehingga saya bisa memberi respon langsung padanya, dan lalu menciptakan hubungan interpersonal.
Dengan fokus pada hubungan terapeutik, saya meletakkan dasar agar hubungan yang akan terus dijalani olehnya bisa berubah(ke arah yang lebih baik).
Dia merasakan konflik dalam hubungannya. Jose sangat ingin memiliki bayi. Jose punya seorang anak lain berumur 9 tahun dari wanita lain yang tidak tinggal dengannya.
Gabriella marah pada pria itu. Ayahnya tinggal menyendiri di tempat yang jauh, dan jarang menghubunginya. Jadi dia tidak hanya ingin merasakan kebaikan dari seorang pria, tapi juga ingin lebih dekat.
Jose memang bersamanya, tapi dia masih ragu untuk menikahinya. Gabriella agak marah padanya karena hal itu, dan itulah yang membuat mereka memiliki jarak dalam hubungan. Tapi kemudian Gabriella takut kehilangan pasangannya. Dia berusaha menguatkan dirinya, dan melakukan hal seperti biasa - seakan dia sudah lebih kuat dan hanya bergantung pada dirinya saja.
Yang jadi masalah, kalau dia seperti itu, dia akan semakin sulit mendapatkan dukungan dan kebaiknya yang diinginkannya.
Jadi saya mengajaknya untuk menceritakan masalahnya- lagipula saya adalah seorang pria. saya memintanya untuk memberitahu alasan kenapa dia tidak percaya pada pria. Lalu dia bilang begini 'saya tidak percaya kalau anda bisa menjadi orang baik, menurut saya anda ada di sini hanya untuk keuntungan anda saja' dan semacamnya.
Dia enggan menceritakan masalah secara jelas, tapi saya berusaha meyakinkannya, mengatakan kalau saya siap dan yakin akan diri saya, dan saya bisa mengatasinya.
Lalu dia menceritakannya. Saya bertanya tentang apa yang dia rasakan - dia bilang kalau dia tidak merasakan apa-apa. Jadi saya memintanya untuk menarik nafas, dan lebih jujur pada diri sendiri. Dia bisa merasakan amarahnya. Saya memintanya untuk mengatakannya lagi pada saya, dengan mengekspresikan amarahnya.
Setelah dia sudah mulai tenang, dia mengatakan kalau ini adalah pengalaman yang akan selalu dia ingat. Dia merasa kalau keinginannya sejak kecil untuk mengekspresikan amarah dan kebutuhannya secara bersamaan bisa terpenuhi.
Ini bukanlah pengalaman yang bisa menjadi obat sepanjang waktu. Tapi ini adalah sebuah pengalaman baru yang mendalam, dan karena dia sudah bisa menyatukan perasaannya, dan hal itu menjadi bagian yang baru dari dirinya, pengetahuan dan kekuatan serta pengalaman akan membuatnya tidak lagi merasa terbebani oleh beban yang sangat berat.
Tentu saja, kemampuannya yang sudah meningkat bisa menciptakan siklus positif dalam hubungannya, jadi dia bisa mendapatkan hasil akhir yang berbeda dari yang pernah didapatkannya.
Proses Gestalt memusatkan perhatian terhadap keadaan yang pernah dialaminya lalu membuat suatu eksperimen untuk menghasilkan pengalam baru dalam hubungan. Saya menggunakan diri saya sendiri, sehingga saya bisa memberi respon langsung padanya, dan lalu menciptakan hubungan interpersonal.
Dengan fokus pada hubungan terapeutik, saya meletakkan dasar agar hubungan yang akan terus dijalani olehnya bisa berubah(ke arah yang lebih baik).
Selasa, 20 Mei 2014
Case #7 - Pemberi dan kelereng
Changchang berumur sekitar 50 tahun. Dia adalah orang yang sangat baik. Faktanya, dia sangat peduli pada orang-orang di sekitarnya. Tapi dia mengungkapkan kalau dia tidak bahagia dengan pernikahannya. Dia merasa kalau ada sesuatu yang kurang dan kesepian
Hal itu menunjukkan bahwa meskipun dia punya banyak teman, sering bersosialisasi, dan dihormati, dia masih merasa tidak bahagia dan kesepian.
Saya mengajaknya untuk berdialog secara langsung. saya bilang padanya -saya merasa sangat nyaman berada di dekatnya. saya merasa anda adalah orang yang sangat sabar, dan mau menerima saya apa adanya. Dia setuju dengan hal itu - seperti itulah dia berhubungan dengan orang lain.
Saya bilang padanya kalau saya sangat menikmati ini semua dan merasa aman. Dia mengangguk dan mengatakan kalau hal itu penting baginya. Saya bilang padanya kalau saya tidak tahu harus melakukan apa dalam keadaan seperti ini - percaya padanya, atau belajar darinya, atau menerima kebaikannya. Sebagai seorang ahli terapi, agak sulit rasanya menjaga wibawa, atau bersikap profesional, atau memberi sesuatu padanya, karena saya dapat merasakan kebaikan hatinya.
Dia mengangguk dan bisa menerima semua yang saya katakan, padahal hal seperti ini jarang dikatakan secara langsung.
Saya juga mengatakan kalau saya merasa agak kurang nyaman dalam beberapa hal yang sulit dijelaskan. Dia hanya ingin memberi, dan dia sudah mendapatkan banyak hal. Tapi apakah dia benar-benar bisa menerima sesuatu? Apakah dia bisa menerima sesuatu yang saya berikan?
Dia menangis. Dia bilang hal seperti itu sulit baginya.
Saya merasa tersentuh saat itu. Untuk sesaat, kami merasakan hubungan yang emosional di dalam keheningan.
Tapi dia tidak bisa meminta apa pun dari saya. Dia bahkan memaksa saya menerima pemberiannya. Hal seperti itu tidaklah adil.
Jadi saya menerapkan eksperimen Gestalt. Saya menemukan beberapa kelereng di dalam ruangan, dan menaruhnya di tanganku. Saya bilang kalau saya akan memberikannya sebuah kelereng untuk setiap kesempatan. Saya ingin dia menerimanya dengan tulus, sama seperti menerima hadiah.
Dia setuju, dan kami melakukannya. Saya melakukannya perlahan-lahan sambil melihat padanya, untuk memastikan kalau dia menerima hadiahnya dengan tulus. Dia gemetar, sifat rapuhnya timbul, dia menangis setiap kali mengambil kelereng.
Dia bilang ini pertama kalinya dia bisa mengingat untuk waktu yang lama kalau dia pernah mengambil sesuatu dari orang lain. Dia selalu memberi pada orang lain, dan hal itulah yang diakui olehnya. Tapi itu tidaklah berarti, karena alirannya hanya satu arah, dan suatu hubungan akan menemui jalan buntu kalau tetap seperti itu. Karena hal itu dia merasa kesepian, meskipun dia sangat dihargai dan punya banyak teman.
Di sini saya melibatkan pengalaman pribadi dalam dialog. Daripada berbicara tentang sisa hidupnya, kami lebih memilih membawa pengalaman itu ke masa sekarang, dengan kami berdua sebagai subyek eksperimen. Sehingga dia bisa mendapat pengalaman baru, karena saya telah menginvestasikan diri saya sama seperti dirinya. Saya membawa kesadaran ke dalam suatu hubungan yang berjalan secara otomatis dan tidak disadari. Dengan melibatkan pengalaman pribadi(lebih baik daripada menghakimi), dia akan bisa menerima, dan terbuka untuk hal-hal baru.
Hal itu menunjukkan bahwa meskipun dia punya banyak teman, sering bersosialisasi, dan dihormati, dia masih merasa tidak bahagia dan kesepian.
Saya mengajaknya untuk berdialog secara langsung. saya bilang padanya -saya merasa sangat nyaman berada di dekatnya. saya merasa anda adalah orang yang sangat sabar, dan mau menerima saya apa adanya. Dia setuju dengan hal itu - seperti itulah dia berhubungan dengan orang lain.
Saya bilang padanya kalau saya sangat menikmati ini semua dan merasa aman. Dia mengangguk dan mengatakan kalau hal itu penting baginya. Saya bilang padanya kalau saya tidak tahu harus melakukan apa dalam keadaan seperti ini - percaya padanya, atau belajar darinya, atau menerima kebaikannya. Sebagai seorang ahli terapi, agak sulit rasanya menjaga wibawa, atau bersikap profesional, atau memberi sesuatu padanya, karena saya dapat merasakan kebaikan hatinya.
Dia mengangguk dan bisa menerima semua yang saya katakan, padahal hal seperti ini jarang dikatakan secara langsung.
Saya juga mengatakan kalau saya merasa agak kurang nyaman dalam beberapa hal yang sulit dijelaskan. Dia hanya ingin memberi, dan dia sudah mendapatkan banyak hal. Tapi apakah dia benar-benar bisa menerima sesuatu? Apakah dia bisa menerima sesuatu yang saya berikan?
Dia menangis. Dia bilang hal seperti itu sulit baginya.
Saya merasa tersentuh saat itu. Untuk sesaat, kami merasakan hubungan yang emosional di dalam keheningan.
Tapi dia tidak bisa meminta apa pun dari saya. Dia bahkan memaksa saya menerima pemberiannya. Hal seperti itu tidaklah adil.
Jadi saya menerapkan eksperimen Gestalt. Saya menemukan beberapa kelereng di dalam ruangan, dan menaruhnya di tanganku. Saya bilang kalau saya akan memberikannya sebuah kelereng untuk setiap kesempatan. Saya ingin dia menerimanya dengan tulus, sama seperti menerima hadiah.
Dia setuju, dan kami melakukannya. Saya melakukannya perlahan-lahan sambil melihat padanya, untuk memastikan kalau dia menerima hadiahnya dengan tulus. Dia gemetar, sifat rapuhnya timbul, dia menangis setiap kali mengambil kelereng.
Dia bilang ini pertama kalinya dia bisa mengingat untuk waktu yang lama kalau dia pernah mengambil sesuatu dari orang lain. Dia selalu memberi pada orang lain, dan hal itulah yang diakui olehnya. Tapi itu tidaklah berarti, karena alirannya hanya satu arah, dan suatu hubungan akan menemui jalan buntu kalau tetap seperti itu. Karena hal itu dia merasa kesepian, meskipun dia sangat dihargai dan punya banyak teman.
Di sini saya melibatkan pengalaman pribadi dalam dialog. Daripada berbicara tentang sisa hidupnya, kami lebih memilih membawa pengalaman itu ke masa sekarang, dengan kami berdua sebagai subyek eksperimen. Sehingga dia bisa mendapat pengalaman baru, karena saya telah menginvestasikan diri saya sama seperti dirinya. Saya membawa kesadaran ke dalam suatu hubungan yang berjalan secara otomatis dan tidak disadari. Dengan melibatkan pengalaman pribadi(lebih baik daripada menghakimi), dia akan bisa menerima, dan terbuka untuk hal-hal baru.
Sabtu, 17 Mei 2014
Case #6 - Disiplin dan Kebebasan
Trevor berumur 33 tahun. Dia tumbuh besar di India bersama dengan ibunya; keberadaan ayahnya tidak diketahui. Dia masuk ke sekolah alternatif, di mana para siswa merasakan kebebasan, tapi tidak mendapat banyak bimbingan.
Dia datang ke Australia pada awal umur 20, dan bersenang-senang, dan bahkan bekerja lebih keras.
Selama itu, ibunya selalu bekerja keras; dia jarang melihat ibunya, meskipun tinggal di rumah yang sama.
Ibunya datang ke Australia 5 tahun lalu, dan membeli sebuah rumah, yang sekarang masih menjadi tempat tinggalnya. Dia tidak menyia-nyiakan waktu - mereka berdua menghabiskan waktu bersama kapan pun ada kesempatan.
Trevor adalah anak yang pintar,tampan,percaya diri, tapi masih belum punya pacar, atau bahkan memiliki hubungan dekat dengan seorang gadis.
Ada banyak masalah yang harus diselesaikan. Salah satu yang paling penting adalah masa dukungan melawan kekebasan.
Trevor tumbuh dengan kebebasan, baik di sekolah maupun di rumah, tapi tanpa struktur keluarga, atau diberi dukungan.
Jadi saya melakukan suatu sesi terapi. Saya seolah-olah berperan sebagai salah satu gurunya di sekolah. Pertama saya berperan sebagai guru yang memberi banyak kebebasan pada muridnya,dan melihat apa yang dirasakan olehnya. Itu adalah pengalaman yang tidak asing baginya -merasa senang karena mendapat kebebasan, tapi pada waktu yang sama juga merasa kalau ada sesuatu yang hilang.
Setelah itu saya berperan sebagai guru yang tidak pernah ditemuinya, yang tidak hanya memberikan pandangan jelas tentang struktur keluarga(dalam hal ini perang masing-masing anggota keluarga), tapi juga memberinya dorongan semangat.
Hal itu membuatnya menangis, dan perasaan gelisah dalam dirinya mulai berkurang. Pada waktu yang sama, dia merasa kalau hal itu juga merupakan pengalaman yang tidak biasa, dan merasa ingin melawannya.
Selanjutnya kami bertukar tempat. Saya berperan sebagai dia, dan dia berperan sebagai guru yang memberikan pandangan tentang struktur keluarga dan memberi dukungan. Dia merasa sangat senang melakukannya.
Semakin lama, saya menemukan beberapa tema pembahasan: struktur dalam keluarga,dukungan,dorongan semangat,kegelisahan dan perlawanan. Saya memintanya untuk menunjukkan bagian-bagian tubuhnya yang merasakan pengalaman tersebut. Lalu saya memintanya untuk membuat sebuah gambar yang mengandung unsur-unsur tersebut.
Saya memberinya tugas untuk membuat beberapa gambar yang saling berhubungan.
Dia kembali seminggu kemudian dengan sebuah masalah besar - dia tidak pernah bisa menggabungkan unsur-unsur berbeda yang saya tugaskan sebelumnya - struktur keluarga memiliki batasan, kebebasan terbatas pada kesenangan, dan keinginannya untuk dihargai berujung pada sikap palsu dalam hubungan.
Seiring dengan peningkatan kesadaran diri, dia sudah mulai mampu menggabungkan aspek-aspek dirinya yang terpisah.
Dalam proses ini, kami menggunakan eksperimen Gestalt mewujudkan dan memainkan beberapa sudut pandang yang berbeda, kami membawa pengalaman di masa lalu ke masa sekarang, kami menciptakan pengalaman baru untuk meningkatkan kesadaran, dan kami meneliti pengalaman tersebut dalam bentuk sensasi yang dirasakan oleh tubuh.
kami menggunakan proses kreatif untuk memperdalam kesadaran, dan terapi hubungan dan menyiapkan tempat yang tepat untuk membicarakan semua masalah ini.
Dia datang ke Australia pada awal umur 20, dan bersenang-senang, dan bahkan bekerja lebih keras.
Selama itu, ibunya selalu bekerja keras; dia jarang melihat ibunya, meskipun tinggal di rumah yang sama.
Ibunya datang ke Australia 5 tahun lalu, dan membeli sebuah rumah, yang sekarang masih menjadi tempat tinggalnya. Dia tidak menyia-nyiakan waktu - mereka berdua menghabiskan waktu bersama kapan pun ada kesempatan.
Trevor adalah anak yang pintar,tampan,percaya diri, tapi masih belum punya pacar, atau bahkan memiliki hubungan dekat dengan seorang gadis.
Ada banyak masalah yang harus diselesaikan. Salah satu yang paling penting adalah masa dukungan melawan kekebasan.
Trevor tumbuh dengan kebebasan, baik di sekolah maupun di rumah, tapi tanpa struktur keluarga, atau diberi dukungan.
Jadi saya melakukan suatu sesi terapi. Saya seolah-olah berperan sebagai salah satu gurunya di sekolah. Pertama saya berperan sebagai guru yang memberi banyak kebebasan pada muridnya,dan melihat apa yang dirasakan olehnya. Itu adalah pengalaman yang tidak asing baginya -merasa senang karena mendapat kebebasan, tapi pada waktu yang sama juga merasa kalau ada sesuatu yang hilang.
Setelah itu saya berperan sebagai guru yang tidak pernah ditemuinya, yang tidak hanya memberikan pandangan jelas tentang struktur keluarga(dalam hal ini perang masing-masing anggota keluarga), tapi juga memberinya dorongan semangat.
Hal itu membuatnya menangis, dan perasaan gelisah dalam dirinya mulai berkurang. Pada waktu yang sama, dia merasa kalau hal itu juga merupakan pengalaman yang tidak biasa, dan merasa ingin melawannya.
Selanjutnya kami bertukar tempat. Saya berperan sebagai dia, dan dia berperan sebagai guru yang memberikan pandangan tentang struktur keluarga dan memberi dukungan. Dia merasa sangat senang melakukannya.
Semakin lama, saya menemukan beberapa tema pembahasan: struktur dalam keluarga,dukungan,dorongan semangat,kegelisahan dan perlawanan. Saya memintanya untuk menunjukkan bagian-bagian tubuhnya yang merasakan pengalaman tersebut. Lalu saya memintanya untuk membuat sebuah gambar yang mengandung unsur-unsur tersebut.
Saya memberinya tugas untuk membuat beberapa gambar yang saling berhubungan.
Dia kembali seminggu kemudian dengan sebuah masalah besar - dia tidak pernah bisa menggabungkan unsur-unsur berbeda yang saya tugaskan sebelumnya - struktur keluarga memiliki batasan, kebebasan terbatas pada kesenangan, dan keinginannya untuk dihargai berujung pada sikap palsu dalam hubungan.
Seiring dengan peningkatan kesadaran diri, dia sudah mulai mampu menggabungkan aspek-aspek dirinya yang terpisah.
Dalam proses ini, kami menggunakan eksperimen Gestalt mewujudkan dan memainkan beberapa sudut pandang yang berbeda, kami membawa pengalaman di masa lalu ke masa sekarang, kami menciptakan pengalaman baru untuk meningkatkan kesadaran, dan kami meneliti pengalaman tersebut dalam bentuk sensasi yang dirasakan oleh tubuh.
kami menggunakan proses kreatif untuk memperdalam kesadaran, dan terapi hubungan dan menyiapkan tempat yang tepat untuk membicarakan semua masalah ini.
Rabu, 07 Mei 2014
Hong Kong and China workshops coming up...
Workshops coming up:
Hong Kong 6-8 June,
Personal Growth/Spiritual Growth
- see below
Shanghai 10-15 June,
Gestalt intensive
下一个即将到来的工作坊在2014年6月10日-6月15日! 请传播。更多信息,请电133-1176-7286,电子邮件:huangjianhe@vip.163.com或访问www.zhxlw.net
-----------------------------------------------------
Steve Vinay Gunther : 澳大利亞利斯莫爾人,
一位在靈性路上走過了40個年頭的實修者;
一位手彈吉他情感真摯信仰『愛是一切』的吟唱者;
一位笑容可掬給人如沐浴春風般溫暖的『長輩』;
一位目光深邃眼睛裡流露著平靜與洞見的老師;
一位樸實無華卻可以將真理實相展示在你面前的完形大師。
何為靈性?如何去修行實踐? 它和心理治療的方法有何相似或不同之處?這些問題將透過審視所組成靈性和療愈的原則、實踐和體驗來進行探索和詮釋。
在工作坊中,老師將會把靈性修持的整個架構圖清晰地展示給大家,有了這張靈修地圖,我們在回歸靈性的路途上會很清楚自己在哪個階段,或哪個位置, 離目的地還有多遠。
這個工作坊是獨一無二的。它可以加深我們對自己靈性的了解,并指明怎樣去運用到與不同對象的關係中。此工作坊在過去的15年里曾在12個不同的國家開班;這是首次引入香港。
課程時間: 6月6 – 8日(10:00am – 6:00pm)
課程費用: HK$4800
上課地點: 本中心
入款帳號: 中國銀行(香港)分行: 012-5511-00-9663-6
帳戶名稱: WE CENTER (恒●慧)
注: 凡在5月15日前報名者優惠價HK$4300
本中心傾心提示: Steve Vinay Gunther 是值得推荐給朋友們的一位老師, 課程詳情請參閱附件。
Hong Kong 6-8 June,
Personal Growth/Spiritual Growth
- see below
Shanghai 10-15 June,
Gestalt intensive
下一个即将到来的工作坊在2014年6月10日-6月15日! 请传播。更多信息,请电133-1176-7286,电子邮件:huangjianhe@vip.163.com或访问www.zhxlw.net
-----------------------------------------------------
Steve Vinay Gunther : 澳大利亞利斯莫爾人,
一位在靈性路上走過了40個年頭的實修者;
一位手彈吉他情感真摯信仰『愛是一切』的吟唱者;
一位笑容可掬給人如沐浴春風般溫暖的『長輩』;
一位目光深邃眼睛裡流露著平靜與洞見的老師;
一位樸實無華卻可以將真理實相展示在你面前的完形大師。
何為靈性?如何去修行實踐? 它和心理治療的方法有何相似或不同之處?這些問題將透過審視所組成靈性和療愈的原則、實踐和體驗來進行探索和詮釋。
在工作坊中,老師將會把靈性修持的整個架構圖清晰地展示給大家,有了這張靈修地圖,我們在回歸靈性的路途上會很清楚自己在哪個階段,或哪個位置, 離目的地還有多遠。
這個工作坊是獨一無二的。它可以加深我們對自己靈性的了解,并指明怎樣去運用到與不同對象的關係中。此工作坊在過去的15年里曾在12個不同的國家開班;這是首次引入香港。
課程時間: 6月6 – 8日(10:00am – 6:00pm)
課程費用: HK$4800
上課地點: 本中心
入款帳號: 中國銀行(香港)分行: 012-5511-00-9663-6
帳戶名稱: WE CENTER (恒●慧)
注: 凡在5月15日前報名者優惠價HK$4300
本中心傾心提示: Steve Vinay Gunther 是值得推荐給朋友們的一位老師, 課程詳情請參閱附件。
Langganan:
Postingan (Atom)