Selasa, 20 Mei 2014
Case #7 - Pemberi dan kelereng
Changchang berumur sekitar 50 tahun. Dia adalah orang yang sangat baik. Faktanya, dia sangat peduli pada orang-orang di sekitarnya. Tapi dia mengungkapkan kalau dia tidak bahagia dengan pernikahannya. Dia merasa kalau ada sesuatu yang kurang dan kesepian
Hal itu menunjukkan bahwa meskipun dia punya banyak teman, sering bersosialisasi, dan dihormati, dia masih merasa tidak bahagia dan kesepian.
Saya mengajaknya untuk berdialog secara langsung. saya bilang padanya -saya merasa sangat nyaman berada di dekatnya. saya merasa anda adalah orang yang sangat sabar, dan mau menerima saya apa adanya. Dia setuju dengan hal itu - seperti itulah dia berhubungan dengan orang lain.
Saya bilang padanya kalau saya sangat menikmati ini semua dan merasa aman. Dia mengangguk dan mengatakan kalau hal itu penting baginya. Saya bilang padanya kalau saya tidak tahu harus melakukan apa dalam keadaan seperti ini - percaya padanya, atau belajar darinya, atau menerima kebaikannya. Sebagai seorang ahli terapi, agak sulit rasanya menjaga wibawa, atau bersikap profesional, atau memberi sesuatu padanya, karena saya dapat merasakan kebaikan hatinya.
Dia mengangguk dan bisa menerima semua yang saya katakan, padahal hal seperti ini jarang dikatakan secara langsung.
Saya juga mengatakan kalau saya merasa agak kurang nyaman dalam beberapa hal yang sulit dijelaskan. Dia hanya ingin memberi, dan dia sudah mendapatkan banyak hal. Tapi apakah dia benar-benar bisa menerima sesuatu? Apakah dia bisa menerima sesuatu yang saya berikan?
Dia menangis. Dia bilang hal seperti itu sulit baginya.
Saya merasa tersentuh saat itu. Untuk sesaat, kami merasakan hubungan yang emosional di dalam keheningan.
Tapi dia tidak bisa meminta apa pun dari saya. Dia bahkan memaksa saya menerima pemberiannya. Hal seperti itu tidaklah adil.
Jadi saya menerapkan eksperimen Gestalt. Saya menemukan beberapa kelereng di dalam ruangan, dan menaruhnya di tanganku. Saya bilang kalau saya akan memberikannya sebuah kelereng untuk setiap kesempatan. Saya ingin dia menerimanya dengan tulus, sama seperti menerima hadiah.
Dia setuju, dan kami melakukannya. Saya melakukannya perlahan-lahan sambil melihat padanya, untuk memastikan kalau dia menerima hadiahnya dengan tulus. Dia gemetar, sifat rapuhnya timbul, dia menangis setiap kali mengambil kelereng.
Dia bilang ini pertama kalinya dia bisa mengingat untuk waktu yang lama kalau dia pernah mengambil sesuatu dari orang lain. Dia selalu memberi pada orang lain, dan hal itulah yang diakui olehnya. Tapi itu tidaklah berarti, karena alirannya hanya satu arah, dan suatu hubungan akan menemui jalan buntu kalau tetap seperti itu. Karena hal itu dia merasa kesepian, meskipun dia sangat dihargai dan punya banyak teman.
Di sini saya melibatkan pengalaman pribadi dalam dialog. Daripada berbicara tentang sisa hidupnya, kami lebih memilih membawa pengalaman itu ke masa sekarang, dengan kami berdua sebagai subyek eksperimen. Sehingga dia bisa mendapat pengalaman baru, karena saya telah menginvestasikan diri saya sama seperti dirinya. Saya membawa kesadaran ke dalam suatu hubungan yang berjalan secara otomatis dan tidak disadari. Dengan melibatkan pengalaman pribadi(lebih baik daripada menghakimi), dia akan bisa menerima, dan terbuka untuk hal-hal baru.
Hal itu menunjukkan bahwa meskipun dia punya banyak teman, sering bersosialisasi, dan dihormati, dia masih merasa tidak bahagia dan kesepian.
Saya mengajaknya untuk berdialog secara langsung. saya bilang padanya -saya merasa sangat nyaman berada di dekatnya. saya merasa anda adalah orang yang sangat sabar, dan mau menerima saya apa adanya. Dia setuju dengan hal itu - seperti itulah dia berhubungan dengan orang lain.
Saya bilang padanya kalau saya sangat menikmati ini semua dan merasa aman. Dia mengangguk dan mengatakan kalau hal itu penting baginya. Saya bilang padanya kalau saya tidak tahu harus melakukan apa dalam keadaan seperti ini - percaya padanya, atau belajar darinya, atau menerima kebaikannya. Sebagai seorang ahli terapi, agak sulit rasanya menjaga wibawa, atau bersikap profesional, atau memberi sesuatu padanya, karena saya dapat merasakan kebaikan hatinya.
Dia mengangguk dan bisa menerima semua yang saya katakan, padahal hal seperti ini jarang dikatakan secara langsung.
Saya juga mengatakan kalau saya merasa agak kurang nyaman dalam beberapa hal yang sulit dijelaskan. Dia hanya ingin memberi, dan dia sudah mendapatkan banyak hal. Tapi apakah dia benar-benar bisa menerima sesuatu? Apakah dia bisa menerima sesuatu yang saya berikan?
Dia menangis. Dia bilang hal seperti itu sulit baginya.
Saya merasa tersentuh saat itu. Untuk sesaat, kami merasakan hubungan yang emosional di dalam keheningan.
Tapi dia tidak bisa meminta apa pun dari saya. Dia bahkan memaksa saya menerima pemberiannya. Hal seperti itu tidaklah adil.
Jadi saya menerapkan eksperimen Gestalt. Saya menemukan beberapa kelereng di dalam ruangan, dan menaruhnya di tanganku. Saya bilang kalau saya akan memberikannya sebuah kelereng untuk setiap kesempatan. Saya ingin dia menerimanya dengan tulus, sama seperti menerima hadiah.
Dia setuju, dan kami melakukannya. Saya melakukannya perlahan-lahan sambil melihat padanya, untuk memastikan kalau dia menerima hadiahnya dengan tulus. Dia gemetar, sifat rapuhnya timbul, dia menangis setiap kali mengambil kelereng.
Dia bilang ini pertama kalinya dia bisa mengingat untuk waktu yang lama kalau dia pernah mengambil sesuatu dari orang lain. Dia selalu memberi pada orang lain, dan hal itulah yang diakui olehnya. Tapi itu tidaklah berarti, karena alirannya hanya satu arah, dan suatu hubungan akan menemui jalan buntu kalau tetap seperti itu. Karena hal itu dia merasa kesepian, meskipun dia sangat dihargai dan punya banyak teman.
Di sini saya melibatkan pengalaman pribadi dalam dialog. Daripada berbicara tentang sisa hidupnya, kami lebih memilih membawa pengalaman itu ke masa sekarang, dengan kami berdua sebagai subyek eksperimen. Sehingga dia bisa mendapat pengalaman baru, karena saya telah menginvestasikan diri saya sama seperti dirinya. Saya membawa kesadaran ke dalam suatu hubungan yang berjalan secara otomatis dan tidak disadari. Dengan melibatkan pengalaman pribadi(lebih baik daripada menghakimi), dia akan bisa menerima, dan terbuka untuk hal-hal baru.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar