Jumat, 30 Mei 2014
Case #10 - Ketakutan, agresif dan kesenangan
Bridget adalah orang yang sangat sensitif. Sebelumnya dia punya alergi yang parah, dan sangat sensitif secara fisik terhadap lingkungan dan juga mudah ketakutan.
Dia mengatakan betapa sulit baginya kalau ada seseorang yang marah padanya. Dia merasa tertekan, meskipun hanya bertentangan pendapat dengan rekannya.
Dia mengatakan 'tubuhku bukanlah tubuhku, aku mati rasa, tidak merasakan apa pun '.
Jadi sulit baginya untuk tetap merasakan keadaan, khususnya jika seseorang di sekitarnya merasa tidak senang.
Saya bertanya tentang kesalahan yang pernah dia lakukan. Dia mengatakan kalau terkadang dia keras kepala, atau tidak peka terhadap orang lain.
Saya menceritakan tentang sikapku yang keras kepala dan tidak peka.
Dia bilang dia bisa menatap seseorang dengan sangat tajam, sehingga orang lain perlahan-lahan menjauh.
Saya memintanya untuk membayangkan seperti apa kedua matanya. Dia bilang 'mataku berwarna merah membara, aku bahkan bisa membunuh seseorang dengan ini'. Saya meyakinkannya untuk tetap membayangkan "mata merah membara" yang dimaksud olehnya dan mengarahkannya pada orang lain. Kemudian dia bilang kalau dia membayangkan sedang menghajar wajah seseorang.
Saat masih muda, dia selalu diperalat oleh pria secara seksual, dan dia sangat marah pada pria karena hal itu.
Jadi saya memintanya untuk membayangkan suatu keadaan, di mana dia sedang menghajar pria yang memanfaatkannya.
Dia merasakan kekuatan dalam dirinya, dan saya memintanya untuk merasakannya di bagian tubuh lainnya. Dia merasakan kekuatan di otot-ototnya, kulit dan kakinya.
Sebelumnya, dia merasa kalau tubuhnya mengalam siksaaan, tapi sekarang dia merasa lebih baik.
Kami berbicara tentang seksualitas dirinya. Selama beberapa tahun dia mengalami ketakutan seksual dan dengan mudah menurut pada pasangannya.
Saya memintanya untuk membayangkan dia bertindak agresif secara seksual terhadap pasangannya. Bayangan yang muncul terlihat menarik baginya.
Kami memeriksa bagian lain dari pengalaman hidupnya di mana dia bisa bertindak agresif - misalnya bermain base ball dengan anaknya.
Dia merasakan sesuatu yang luar biasa.
Pada sesi ini kami memulai dengan sifatnya yang mudah tertekan dan takut. Keadaan seperti ini sudah tidak asing baginya, dan sudah menjadi bagian dari pengalaman hidupnya saat dewasa. Hal ini mengganggu hubungan dengan suaminya, dan juga dapat mengganggu komunikasi yang baik antar suami-istri.
Posisi sulit seperti ini, merupakan polaritas yang berlawanan dari seseorang yang memberi pengaruh kuat pada orang lain. Meskipun dia terkesan hanya diam, dengan mengidentifikasi pengalamannya sebagai 'pemberi dorongan', kita dapat masuk ke dalam amarah yang dirasakannya.
Matanya merupakan kunci untuk mendalami pengalaman yang berkaitan dengan amarahnya. Gambaran menjadi seseorang yang agresif dapat menunjukkannya.
Ini bukanlah usaha untuk meyakinkannya agar bertindak agresif pada orang lain. Ini tentang masuk ke dalam polaritas yang berlawanan sehingga dapat diintegrasikan untuk semua orang.
Perubahannya sangat dramatis. Dia tidak lagi sensitif, merasa tidak berdaya, ragu-ragu atau merasa terpisahkan. Dia tidak hanya membalikkan keadaan, tapi juga bisa lebih aktif dalam hal seksual bersama pasangannya, sesuatu yang sudah lama tidak terjadi.
Sikap agresif yang dilakukannya menjadi sangat berguna, baik dalam hal hubungan seksual, atau juga hubungan dengan anaknya dan memberinya perspektif yang berbeda.
Dia mengatakan betapa sulit baginya kalau ada seseorang yang marah padanya. Dia merasa tertekan, meskipun hanya bertentangan pendapat dengan rekannya.
Dia mengatakan 'tubuhku bukanlah tubuhku, aku mati rasa, tidak merasakan apa pun '.
Jadi sulit baginya untuk tetap merasakan keadaan, khususnya jika seseorang di sekitarnya merasa tidak senang.
Saya bertanya tentang kesalahan yang pernah dia lakukan. Dia mengatakan kalau terkadang dia keras kepala, atau tidak peka terhadap orang lain.
Saya menceritakan tentang sikapku yang keras kepala dan tidak peka.
Dia bilang dia bisa menatap seseorang dengan sangat tajam, sehingga orang lain perlahan-lahan menjauh.
Saya memintanya untuk membayangkan seperti apa kedua matanya. Dia bilang 'mataku berwarna merah membara, aku bahkan bisa membunuh seseorang dengan ini'. Saya meyakinkannya untuk tetap membayangkan "mata merah membara" yang dimaksud olehnya dan mengarahkannya pada orang lain. Kemudian dia bilang kalau dia membayangkan sedang menghajar wajah seseorang.
Saat masih muda, dia selalu diperalat oleh pria secara seksual, dan dia sangat marah pada pria karena hal itu.
Jadi saya memintanya untuk membayangkan suatu keadaan, di mana dia sedang menghajar pria yang memanfaatkannya.
Dia merasakan kekuatan dalam dirinya, dan saya memintanya untuk merasakannya di bagian tubuh lainnya. Dia merasakan kekuatan di otot-ototnya, kulit dan kakinya.
Sebelumnya, dia merasa kalau tubuhnya mengalam siksaaan, tapi sekarang dia merasa lebih baik.
Kami berbicara tentang seksualitas dirinya. Selama beberapa tahun dia mengalami ketakutan seksual dan dengan mudah menurut pada pasangannya.
Saya memintanya untuk membayangkan dia bertindak agresif secara seksual terhadap pasangannya. Bayangan yang muncul terlihat menarik baginya.
Kami memeriksa bagian lain dari pengalaman hidupnya di mana dia bisa bertindak agresif - misalnya bermain base ball dengan anaknya.
Dia merasakan sesuatu yang luar biasa.
Pada sesi ini kami memulai dengan sifatnya yang mudah tertekan dan takut. Keadaan seperti ini sudah tidak asing baginya, dan sudah menjadi bagian dari pengalaman hidupnya saat dewasa. Hal ini mengganggu hubungan dengan suaminya, dan juga dapat mengganggu komunikasi yang baik antar suami-istri.
Posisi sulit seperti ini, merupakan polaritas yang berlawanan dari seseorang yang memberi pengaruh kuat pada orang lain. Meskipun dia terkesan hanya diam, dengan mengidentifikasi pengalamannya sebagai 'pemberi dorongan', kita dapat masuk ke dalam amarah yang dirasakannya.
Matanya merupakan kunci untuk mendalami pengalaman yang berkaitan dengan amarahnya. Gambaran menjadi seseorang yang agresif dapat menunjukkannya.
Ini bukanlah usaha untuk meyakinkannya agar bertindak agresif pada orang lain. Ini tentang masuk ke dalam polaritas yang berlawanan sehingga dapat diintegrasikan untuk semua orang.
Perubahannya sangat dramatis. Dia tidak lagi sensitif, merasa tidak berdaya, ragu-ragu atau merasa terpisahkan. Dia tidak hanya membalikkan keadaan, tapi juga bisa lebih aktif dalam hal seksual bersama pasangannya, sesuatu yang sudah lama tidak terjadi.
Sikap agresif yang dilakukannya menjadi sangat berguna, baik dalam hal hubungan seksual, atau juga hubungan dengan anaknya dan memberinya perspektif yang berbeda.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar