Jumat, 23 Mei 2014
Case #8 - Kehilangan kepercayaan pada pria
Gabriella punya anak laki-laki berumur 4 tahun, dan sedang hamil 5 bulan dari seorang pria bernama Jose, yang bisa disebut pacarnya. Mereka sudah menjalin hubungan selama 2 tahun.
Dia merasakan konflik dalam hubungannya. Jose sangat ingin memiliki bayi. Jose punya seorang anak lain berumur 9 tahun dari wanita lain yang tidak tinggal dengannya.
Gabriella marah pada pria itu. Ayahnya tinggal menyendiri di tempat yang jauh, dan jarang menghubunginya. Jadi dia tidak hanya ingin merasakan kebaikan dari seorang pria, tapi juga ingin lebih dekat.
Jose memang bersamanya, tapi dia masih ragu untuk menikahinya. Gabriella agak marah padanya karena hal itu, dan itulah yang membuat mereka memiliki jarak dalam hubungan. Tapi kemudian Gabriella takut kehilangan pasangannya. Dia berusaha menguatkan dirinya, dan melakukan hal seperti biasa - seakan dia sudah lebih kuat dan hanya bergantung pada dirinya saja.
Yang jadi masalah, kalau dia seperti itu, dia akan semakin sulit mendapatkan dukungan dan kebaiknya yang diinginkannya.
Jadi saya mengajaknya untuk menceritakan masalahnya- lagipula saya adalah seorang pria. saya memintanya untuk memberitahu alasan kenapa dia tidak percaya pada pria. Lalu dia bilang begini 'saya tidak percaya kalau anda bisa menjadi orang baik, menurut saya anda ada di sini hanya untuk keuntungan anda saja' dan semacamnya.
Dia enggan menceritakan masalah secara jelas, tapi saya berusaha meyakinkannya, mengatakan kalau saya siap dan yakin akan diri saya, dan saya bisa mengatasinya.
Lalu dia menceritakannya. Saya bertanya tentang apa yang dia rasakan - dia bilang kalau dia tidak merasakan apa-apa. Jadi saya memintanya untuk menarik nafas, dan lebih jujur pada diri sendiri. Dia bisa merasakan amarahnya. Saya memintanya untuk mengatakannya lagi pada saya, dengan mengekspresikan amarahnya.
Setelah dia sudah mulai tenang, dia mengatakan kalau ini adalah pengalaman yang akan selalu dia ingat. Dia merasa kalau keinginannya sejak kecil untuk mengekspresikan amarah dan kebutuhannya secara bersamaan bisa terpenuhi.
Ini bukanlah pengalaman yang bisa menjadi obat sepanjang waktu. Tapi ini adalah sebuah pengalaman baru yang mendalam, dan karena dia sudah bisa menyatukan perasaannya, dan hal itu menjadi bagian yang baru dari dirinya, pengetahuan dan kekuatan serta pengalaman akan membuatnya tidak lagi merasa terbebani oleh beban yang sangat berat.
Tentu saja, kemampuannya yang sudah meningkat bisa menciptakan siklus positif dalam hubungannya, jadi dia bisa mendapatkan hasil akhir yang berbeda dari yang pernah didapatkannya.
Proses Gestalt memusatkan perhatian terhadap keadaan yang pernah dialaminya lalu membuat suatu eksperimen untuk menghasilkan pengalam baru dalam hubungan. Saya menggunakan diri saya sendiri, sehingga saya bisa memberi respon langsung padanya, dan lalu menciptakan hubungan interpersonal.
Dengan fokus pada hubungan terapeutik, saya meletakkan dasar agar hubungan yang akan terus dijalani olehnya bisa berubah(ke arah yang lebih baik).
Dia merasakan konflik dalam hubungannya. Jose sangat ingin memiliki bayi. Jose punya seorang anak lain berumur 9 tahun dari wanita lain yang tidak tinggal dengannya.
Gabriella marah pada pria itu. Ayahnya tinggal menyendiri di tempat yang jauh, dan jarang menghubunginya. Jadi dia tidak hanya ingin merasakan kebaikan dari seorang pria, tapi juga ingin lebih dekat.
Jose memang bersamanya, tapi dia masih ragu untuk menikahinya. Gabriella agak marah padanya karena hal itu, dan itulah yang membuat mereka memiliki jarak dalam hubungan. Tapi kemudian Gabriella takut kehilangan pasangannya. Dia berusaha menguatkan dirinya, dan melakukan hal seperti biasa - seakan dia sudah lebih kuat dan hanya bergantung pada dirinya saja.
Yang jadi masalah, kalau dia seperti itu, dia akan semakin sulit mendapatkan dukungan dan kebaiknya yang diinginkannya.
Jadi saya mengajaknya untuk menceritakan masalahnya- lagipula saya adalah seorang pria. saya memintanya untuk memberitahu alasan kenapa dia tidak percaya pada pria. Lalu dia bilang begini 'saya tidak percaya kalau anda bisa menjadi orang baik, menurut saya anda ada di sini hanya untuk keuntungan anda saja' dan semacamnya.
Dia enggan menceritakan masalah secara jelas, tapi saya berusaha meyakinkannya, mengatakan kalau saya siap dan yakin akan diri saya, dan saya bisa mengatasinya.
Lalu dia menceritakannya. Saya bertanya tentang apa yang dia rasakan - dia bilang kalau dia tidak merasakan apa-apa. Jadi saya memintanya untuk menarik nafas, dan lebih jujur pada diri sendiri. Dia bisa merasakan amarahnya. Saya memintanya untuk mengatakannya lagi pada saya, dengan mengekspresikan amarahnya.
Setelah dia sudah mulai tenang, dia mengatakan kalau ini adalah pengalaman yang akan selalu dia ingat. Dia merasa kalau keinginannya sejak kecil untuk mengekspresikan amarah dan kebutuhannya secara bersamaan bisa terpenuhi.
Ini bukanlah pengalaman yang bisa menjadi obat sepanjang waktu. Tapi ini adalah sebuah pengalaman baru yang mendalam, dan karena dia sudah bisa menyatukan perasaannya, dan hal itu menjadi bagian yang baru dari dirinya, pengetahuan dan kekuatan serta pengalaman akan membuatnya tidak lagi merasa terbebani oleh beban yang sangat berat.
Tentu saja, kemampuannya yang sudah meningkat bisa menciptakan siklus positif dalam hubungannya, jadi dia bisa mendapatkan hasil akhir yang berbeda dari yang pernah didapatkannya.
Proses Gestalt memusatkan perhatian terhadap keadaan yang pernah dialaminya lalu membuat suatu eksperimen untuk menghasilkan pengalam baru dalam hubungan. Saya menggunakan diri saya sendiri, sehingga saya bisa memberi respon langsung padanya, dan lalu menciptakan hubungan interpersonal.
Dengan fokus pada hubungan terapeutik, saya meletakkan dasar agar hubungan yang akan terus dijalani olehnya bisa berubah(ke arah yang lebih baik).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar