Senin, 23 Juni 2014
Case #16 - Mata tersenyum, mata menakutkan
Ingrid menoleh padaku dan bilang - kau punya mata yang tersenyum (maksudnya ekspresi mata pada saat tersenyum)
Lalu aku bilang, itu lebih baik daripada mata mengerikan
Syukurlah kalau dia merasa aman saat bersama saya, tapi itu hanya karena dia belum melihat sisi menakutkan dari diri saya. Dan tentang bagian yang menakutkan dari dirinya juga. Yang membuat saya tertarik adalah membangun suatu hubungan yang lebih baik, daripad hanya diam dan tetap berasumsi kalau semuanya akan baik-baik saja.
Jadi saya bertanya pada ketika dia menunjukkan mata yang mengerikan, dan berbicara tentang waktu - saat saya marah, saat saya tersakiti.
Dia menceritakan keadaan saat di sedang marah. Saya memintanya untuk memberikan contoh yang lebih spesifik. Dia bercerita tentang suaminya yang meneleponnya, dia bilang pada suaminya kalau dia sedang sibuk, dan tidak punya waktu untuk bicara dengannya. Suaminya terus saja berbicara, dan dia tetap mendengarkannya. Ini semacam pola jangka panjang.
Jadi saya melakukan sebuah eksperimen.
Kami berdiri, saling berhadapan, mengangkat tangan kami masing-masing, dan kami mengulangi apa yang terjadi pada suaminya. di mana suaminya membuatnya melewati batas kesabarannya. Perlahan saya mendorong tangannya, jadi dia harus memilih antara mundur atau terjatuh.
Lalu saya memintanya untuk mendorong balik. Dia mencoba melakukannya, tapi tanpa kekuatan dan terasa sangat lemah. Kami melakukan hal ini beberapa kali.
Saya meyakinkannya untuk menahan batasan dirinya. Akhirnya dia mengumpulkan seluruh tenaganya dan mendorong saya balik dengan sangat kuat.
Lalu saya memintanya untuk berperan sebagai suaminya, lalu mendorong saya melewati batasku. Hal ini sangat bertentangan dengan dirinya - dia tidak bisa bersikap agresif.
Jadi saya memintanya untuk tidak membiarkan saya mendorongnya, cukup menahan dorongan saya dan mengimbanginya. Dia merasa kaku di kakinya, dan lemah di tangannya. Jadi saya memintanya untuk menguatkan bagian kakinya. Setelah beberapa waktu, saya memintanya untuk melangkah maju, dan saya mundur. Akhirnya, dia merasa seluruh tubuhnya ikut bekerja, dan saya terdorong karena dia menggunakan seluruh kekuatannya.
Rasanya dia sangat kuat.
Ini adalah eksperimen yang bekerja dengan sangat baik, di mana kami berdua meneliti seperti apa masalahnya(melalui kegiatan saling mendorong tadi) daripada hanya berbicara tentang situasi. Dengan melibatkan diri sendiri, saya bisa merasakan apa yang terjadi dalam hubungannya, dan mendukungnya agar bisa melangkah keluar dari kelemahannya.
Lalu aku bilang, itu lebih baik daripada mata mengerikan
Syukurlah kalau dia merasa aman saat bersama saya, tapi itu hanya karena dia belum melihat sisi menakutkan dari diri saya. Dan tentang bagian yang menakutkan dari dirinya juga. Yang membuat saya tertarik adalah membangun suatu hubungan yang lebih baik, daripad hanya diam dan tetap berasumsi kalau semuanya akan baik-baik saja.
Jadi saya bertanya pada ketika dia menunjukkan mata yang mengerikan, dan berbicara tentang waktu - saat saya marah, saat saya tersakiti.
Dia menceritakan keadaan saat di sedang marah. Saya memintanya untuk memberikan contoh yang lebih spesifik. Dia bercerita tentang suaminya yang meneleponnya, dia bilang pada suaminya kalau dia sedang sibuk, dan tidak punya waktu untuk bicara dengannya. Suaminya terus saja berbicara, dan dia tetap mendengarkannya. Ini semacam pola jangka panjang.
Jadi saya melakukan sebuah eksperimen.
Kami berdiri, saling berhadapan, mengangkat tangan kami masing-masing, dan kami mengulangi apa yang terjadi pada suaminya. di mana suaminya membuatnya melewati batas kesabarannya. Perlahan saya mendorong tangannya, jadi dia harus memilih antara mundur atau terjatuh.
Lalu saya memintanya untuk mendorong balik. Dia mencoba melakukannya, tapi tanpa kekuatan dan terasa sangat lemah. Kami melakukan hal ini beberapa kali.
Saya meyakinkannya untuk menahan batasan dirinya. Akhirnya dia mengumpulkan seluruh tenaganya dan mendorong saya balik dengan sangat kuat.
Lalu saya memintanya untuk berperan sebagai suaminya, lalu mendorong saya melewati batasku. Hal ini sangat bertentangan dengan dirinya - dia tidak bisa bersikap agresif.
Jadi saya memintanya untuk tidak membiarkan saya mendorongnya, cukup menahan dorongan saya dan mengimbanginya. Dia merasa kaku di kakinya, dan lemah di tangannya. Jadi saya memintanya untuk menguatkan bagian kakinya. Setelah beberapa waktu, saya memintanya untuk melangkah maju, dan saya mundur. Akhirnya, dia merasa seluruh tubuhnya ikut bekerja, dan saya terdorong karena dia menggunakan seluruh kekuatannya.
Rasanya dia sangat kuat.
Ini adalah eksperimen yang bekerja dengan sangat baik, di mana kami berdua meneliti seperti apa masalahnya(melalui kegiatan saling mendorong tadi) daripada hanya berbicara tentang situasi. Dengan melibatkan diri sendiri, saya bisa merasakan apa yang terjadi dalam hubungannya, dan mendukungnya agar bisa melangkah keluar dari kelemahannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar