Selasa, 29 April 2014
Case #5 - Ruam yang menjengkelkan
Lian datang padaku karena terdapat banyak bintil merah(ruam) di wajahnya yang tidak bisa diatasinya.
Saya meminta beberapa informasi seperti kehidupannya, tingkat stres, kesehatan, diet, olahraga, dan keadaan keluarganya.
Dia masih mudah, sekitar 20 tahun, dan sudah melakukan meditasi. Dia sudah mencoba banyak pengobatan, tapi tidak ada yang berhasil.
Dia orang yang pendiam, dan bilang kalau dia jarang diajak bicara oleh orang, kecuali membahas ruam di wajahnya.
Jadi saya memintanya untuk membayangkan dirinya menjadi ruam tersebut, lalu menjelaskan dirinya. Lalu dia mengatakan :
Saya berwarna merah
Saya tidak bisa sembunyi
Saya sensitive
Saya tidak akan menghilang
Saya ingin menjaga jarak dengan orang
Saya jelek
Saya meradang
Saya mengecek apa yang dia rasakan di dalam dirinya saat dia mengatakan hal-hal tadi. Dia mengatakan kalau dia merasa sensitif, panas, dan tidak nyaman.
Lalu saya menggali lebih dalam makna dari pernyataan-pernyataan tadi. Saya bilang 'katakan alasan menyebut dirimu merah', dan lalu membantunya untuk memahami arti kata merah dalam kehidupannya. Dia menceritakan kenangan menyedihkan yang dia alami saat tahun baru Cina, di mana banyak benda berwarna merah di sekitarnya, tapi ayahnya tidak pulang ke rumah.
Pernyataan lain juga berujung pada sebuah cerita. Saat dia berbicara tentang 'sembunyi', dia terlihat seperti ingin sembunyi dari ibunya yang pernah memukulnya.
Saya bertanda padanya tentang menjaga jarak dengan orang. Awalnya dia tidak bisa menjelaskannya – dia orang yang sangat baik, yang selalu ingin membantu orang lain. Tapi cerita sudah semakin mendalam, hal yang menjadi semakin jelas adalah kalau dialah yang tidak membiarkan orang lain memiliki hubungan dekat dengan dirinya. Menerima orang lain berarti membiarkan mereka mendekati anda.
Satu-satunya hal yang paling menarik adalah 'menjaga jarak dengan orang lain'. Saya memintanya untuk mengucapkannya secara langsung 'saya ingin menjaga jarak dengan anda'. Ini menghasilkan banyak energi sekaligus membuatnya menahan rasa malu. Saya memintanya untuk menarik tangan saya, jadi dia bisa menujukkan seberapa jauh dia menjaga jaraknya. Awalnya dia melakukannya pelan-pelan, dan semakin lama semakin kuat. Semua energy terpusat di tangannya.
Saya bertanya apa yang dia rasakan:marah. Jadi kami berusaha mengatasi kemarahannya.
Saya hanya melihatnya dua kali, tapi kemudian dia bilang pada saya kalau suam di wajahnya sudah hampir hilang semua dan bahwa dia sudah bisa lebih tegas dalam kehidupan dan hubungannya.
Saya meminta beberapa informasi seperti kehidupannya, tingkat stres, kesehatan, diet, olahraga, dan keadaan keluarganya.
Dia masih mudah, sekitar 20 tahun, dan sudah melakukan meditasi. Dia sudah mencoba banyak pengobatan, tapi tidak ada yang berhasil.
Dia orang yang pendiam, dan bilang kalau dia jarang diajak bicara oleh orang, kecuali membahas ruam di wajahnya.
Jadi saya memintanya untuk membayangkan dirinya menjadi ruam tersebut, lalu menjelaskan dirinya. Lalu dia mengatakan :
Saya berwarna merah
Saya tidak bisa sembunyi
Saya sensitive
Saya tidak akan menghilang
Saya ingin menjaga jarak dengan orang
Saya jelek
Saya meradang
Saya mengecek apa yang dia rasakan di dalam dirinya saat dia mengatakan hal-hal tadi. Dia mengatakan kalau dia merasa sensitif, panas, dan tidak nyaman.
Lalu saya menggali lebih dalam makna dari pernyataan-pernyataan tadi. Saya bilang 'katakan alasan menyebut dirimu merah', dan lalu membantunya untuk memahami arti kata merah dalam kehidupannya. Dia menceritakan kenangan menyedihkan yang dia alami saat tahun baru Cina, di mana banyak benda berwarna merah di sekitarnya, tapi ayahnya tidak pulang ke rumah.
Pernyataan lain juga berujung pada sebuah cerita. Saat dia berbicara tentang 'sembunyi', dia terlihat seperti ingin sembunyi dari ibunya yang pernah memukulnya.
Saya bertanda padanya tentang menjaga jarak dengan orang. Awalnya dia tidak bisa menjelaskannya – dia orang yang sangat baik, yang selalu ingin membantu orang lain. Tapi cerita sudah semakin mendalam, hal yang menjadi semakin jelas adalah kalau dialah yang tidak membiarkan orang lain memiliki hubungan dekat dengan dirinya. Menerima orang lain berarti membiarkan mereka mendekati anda.
Satu-satunya hal yang paling menarik adalah 'menjaga jarak dengan orang lain'. Saya memintanya untuk mengucapkannya secara langsung 'saya ingin menjaga jarak dengan anda'. Ini menghasilkan banyak energi sekaligus membuatnya menahan rasa malu. Saya memintanya untuk menarik tangan saya, jadi dia bisa menujukkan seberapa jauh dia menjaga jaraknya. Awalnya dia melakukannya pelan-pelan, dan semakin lama semakin kuat. Semua energy terpusat di tangannya.
Saya bertanya apa yang dia rasakan:marah. Jadi kami berusaha mengatasi kemarahannya.
Saya hanya melihatnya dua kali, tapi kemudian dia bilang pada saya kalau suam di wajahnya sudah hampir hilang semua dan bahwa dia sudah bisa lebih tegas dalam kehidupan dan hubungannya.
Jumat, 25 April 2014
Case #4 - Seksi dan masih bujang

Tracey sudah menikah selama 12 tahun, dan punya seorang anak. Dia merasa tidak bahagia dengan pernikahannya. Dia hidup rukun bersama pasangannya. Tapi mereka jarang melakukan hubungan sex.
Di awal hubungan mereka, Tracey pergi ke luar negeri 1 tahun. Selama kurun waktu itu dia melakukan hubungan yang sangat intensif dan intim. Dia berusaha lari dari hal itu, pulang ke rumah dan menikah. Tapi hal itu membuatnya sulit melupakan pengalamannya dan belum bisa menyatukan kedua hal itu.
Ini adalah contok klasik, baik dalam kasus suatu permasalahan yang belum selesai, maupun polaritas Gestalt
Saat dia membahas masalahnya, saya bertanya padanya tentang apa yang dia rasakan saaat ini. Ini adalah pertanyaan klasik dalam teori Gestalt.
Dia merasakan berbagai macam perasaan yang kompleks. Kami berusaha menyelesaikan masalah ini dengan mengatasi hal-hal seperti perasaan sedih, intensitas hubungan dan pengalaman yang mendasar. Tidak perlu sampai harus kembali ke masa lalu, karena masa lalu adalah masa sekarang, dan yang kita butuhkan untuk menyelesaikan masalah ini adalah kemauan kami untuk bekerja.
Kami juga melakukan beberapa kali terapi polaritas. Terdapat bagian dari dirinya yang ingin berhubungan seks dan bagian dirinya yang bahagia dengan pernikahan. Dia sudah melewati batas dan akan menjadi wanita yang konservatif.
Dalam percakapan ini, saya memintanya untuk menunjukkan kedua kepribadiannya itu secara bergantian.
Saya juga melihat bagaimana perasaan dari masing-masing kepribadian. Saya meminta kedua kepribadian tersebut untuk saling member kritik satu sama lain: 'kau terlalu liar','kau terlalu membosankan'.
Setelah beberapa percakapan, kedua kepribadian itu menjadi lebih dekat dan kadang sehati dalam beberapa hal.
Ini terjadi secara alami, dengan dukungan yang tepat akan membuat kedua kepribadian yang tadinya terpisah bisa menjadi satu, seperti yang dikatakan Fritz Perls.
Di awal hubungan mereka, Tracey pergi ke luar negeri 1 tahun. Selama kurun waktu itu dia melakukan hubungan yang sangat intensif dan intim. Dia berusaha lari dari hal itu, pulang ke rumah dan menikah. Tapi hal itu membuatnya sulit melupakan pengalamannya dan belum bisa menyatukan kedua hal itu.
Ini adalah contok klasik, baik dalam kasus suatu permasalahan yang belum selesai, maupun polaritas Gestalt
Saat dia membahas masalahnya, saya bertanya padanya tentang apa yang dia rasakan saaat ini. Ini adalah pertanyaan klasik dalam teori Gestalt.
Dia merasakan berbagai macam perasaan yang kompleks. Kami berusaha menyelesaikan masalah ini dengan mengatasi hal-hal seperti perasaan sedih, intensitas hubungan dan pengalaman yang mendasar. Tidak perlu sampai harus kembali ke masa lalu, karena masa lalu adalah masa sekarang, dan yang kita butuhkan untuk menyelesaikan masalah ini adalah kemauan kami untuk bekerja.
Kami juga melakukan beberapa kali terapi polaritas. Terdapat bagian dari dirinya yang ingin berhubungan seks dan bagian dirinya yang bahagia dengan pernikahan. Dia sudah melewati batas dan akan menjadi wanita yang konservatif.
Dalam percakapan ini, saya memintanya untuk menunjukkan kedua kepribadiannya itu secara bergantian.
Saya juga melihat bagaimana perasaan dari masing-masing kepribadian. Saya meminta kedua kepribadian tersebut untuk saling member kritik satu sama lain: 'kau terlalu liar','kau terlalu membosankan'.
Setelah beberapa percakapan, kedua kepribadian itu menjadi lebih dekat dan kadang sehati dalam beberapa hal.
Ini terjadi secara alami, dengan dukungan yang tepat akan membuat kedua kepribadian yang tadinya terpisah bisa menjadi satu, seperti yang dikatakan Fritz Perls.
Kamis, 24 April 2014
Upcoming workshops in Romania
H folks.
I wanted to let you know that I will be running two workshops in Romania in May.
-------------------------------------------------------
Workshop #1
Host:
Societatea de Gestalt Terapie din Romania
Workshop subject:
A Gestalt approach to working with couples
City:
Bucharest
Contact:
gestaltro@yahoo.com
ph +40 (21) 319 69 52
-------------------------------------------------------
Workshop #2
Host:
AMURTEL Romania
Workshop subject:
Psychotherapy and spirituality
City:
Bucharest
Contact:
didi@amurtel.ro
ph +40 (744) 565 252
I wanted to let you know that I will be running two workshops in Romania in May.
-------------------------------------------------------
Workshop #1
Host:
Societatea de Gestalt Terapie din Romania
Workshop subject:
A Gestalt approach to working with couples
City:
Bucharest
Contact:
gestaltro@yahoo.com
ph +40 (21) 319 69 52
-------------------------------------------------------
Workshop #2
Host:
AMURTEL Romania
Workshop subject:
Psychotherapy and spirituality
City:
Bucharest
Contact:
didi@amurtel.ro
ph +40 (744) 565 252
Senin, 21 April 2014
Case #4 - Seksi dan masih bujang
Tracey sudah menikah selama 12 tahun, dan punya seorang anak. Dia merasa tidak bahagia dengan pernikahannya. Dia hidup rukun bersama pasangannya. Tapi mereka jarang melakukan hubungan sex.
Di awal hubungan mereka, Tracey pergi ke luar negeri 1 tahun. Selama kurun waktu itu dia melakukan hubungan yang sangat intensif dan intim. Dia berusaha lari dari hal itu, pulang ke rumah dan menikah. Tapi hal itu membuatnya sulit melupakan pengalamannya dan belum bisa menyatukan kedua hal itu.
Ini adalah contok klasik, baik dalam kasus suatu permasalahan yang belum selesai, maupun polaritas Gestalt
Saat dia membahas masalahnya, saya bertanya padanya tentang apa yang dia rasakan saaat ini. Ini adalah pertanyaan klasik dalam teori Gestalt.
Dia merasakan berbagai macam perasaan yang kompleks. Kami berusaha menyelesaikan masalah ini dengan mengatasi hal-hal seperti perasaan sedih, intensitas hubungan dan pengalaman yang mendasar. Tidak perlu sampai harus kembali ke masa lalu, karena masa lalu adalah masa sekarang, dan yang kita butuhkan untuk menyelesaikan masalah ini adalah kemauan kami untuk bekerja.
Kami juga melakukan beberapa kali terapi polaritas. Terdapat bagian dari dirinya yang ingin berhubungan seks dan bagian dirinya yang bahagia dengan pernikahan. Dia sudah melewati batas dan akan menjadi wanita yang konservatif.
Dalam percakapan ini, saya memintanya untuk menunjukkan kedua kepribadiannya itu secara bergantian.
Saya juga melihat bagaimana perasaan dari masing-masing kepribadian. Saya meminta kedua kepribadian tersebut untuk saling member kritik satu sama lain: 'kau terlalu liar','kau terlalu membosankan'.
Setelah beberapa percakapan, kedua kepribadian itu menjadi lebih dekat dan kadang sehati dalam beberapa hal.
Ini terjadi secara alami, dengan dukungan yang tepat akan membuat kedua kepribadian yang tadinya terpisah bisa menjadi satu, seperti yang dikatakan Fritz Perls.
Di awal hubungan mereka, Tracey pergi ke luar negeri 1 tahun. Selama kurun waktu itu dia melakukan hubungan yang sangat intensif dan intim. Dia berusaha lari dari hal itu, pulang ke rumah dan menikah. Tapi hal itu membuatnya sulit melupakan pengalamannya dan belum bisa menyatukan kedua hal itu.
Ini adalah contok klasik, baik dalam kasus suatu permasalahan yang belum selesai, maupun polaritas Gestalt
Saat dia membahas masalahnya, saya bertanya padanya tentang apa yang dia rasakan saaat ini. Ini adalah pertanyaan klasik dalam teori Gestalt.
Dia merasakan berbagai macam perasaan yang kompleks. Kami berusaha menyelesaikan masalah ini dengan mengatasi hal-hal seperti perasaan sedih, intensitas hubungan dan pengalaman yang mendasar. Tidak perlu sampai harus kembali ke masa lalu, karena masa lalu adalah masa sekarang, dan yang kita butuhkan untuk menyelesaikan masalah ini adalah kemauan kami untuk bekerja.
Kami juga melakukan beberapa kali terapi polaritas. Terdapat bagian dari dirinya yang ingin berhubungan seks dan bagian dirinya yang bahagia dengan pernikahan. Dia sudah melewati batas dan akan menjadi wanita yang konservatif.
Dalam percakapan ini, saya memintanya untuk menunjukkan kedua kepribadiannya itu secara bergantian.
Saya juga melihat bagaimana perasaan dari masing-masing kepribadian. Saya meminta kedua kepribadian tersebut untuk saling member kritik satu sama lain: 'kau terlalu liar','kau terlalu membosankan'.
Setelah beberapa percakapan, kedua kepribadian itu menjadi lebih dekat dan kadang sehati dalam beberapa hal.
Ini terjadi secara alami, dengan dukungan yang tepat akan membuat kedua kepribadian yang tadinya terpisah bisa menjadi satu, seperti yang dikatakan Fritz Perls.
Jumat, 18 April 2014
Case #3 - Joe si klien yang kecewa
Joan adalah seorang klien berumur sekitar 50 tahun. Dia punya banyak uang dan dua orang anak dari suami yang berbeda. Di sudah bercerai dan sering bepergian.
Joan merasa tidak bahagia. Dia merasa kurang percaya diri, untuk mengikuti latihan padahal sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk belajar. Dia selalu salah paham terhadap orang lain dan tidak didukung oleh temannya. Dia merasa kalau dia selalu membantu orang lain, tapi orang lain tidak begitu tertarik padanya. Dia merasa marah dan tidak tahu harus berbuat apa.
Melakukan terapi padanya tidaklah mudah. Dia ingin solusi, tapi menolak segala sugesti yang diberikan. Hal yang paling dia butuhkan adalah empati dan rasa pengertian. Selain itu, dia juga membutuhkan simpati.
Setelah beberapa waktu, saya merasa tidak nyaman untuk menjelaskan pengaruh hal-hal buruk terhadap dirinya selama ini. Dia tidak mau mengakui perannya, dan setiap saya memberikannya saran untuk melakukan sesuatu, dia cenderung membela diri, dan marah karena merasa tidak didukung.
Dia terus membahas bagaimana hal-hal buruk terjadi dan bagaimana dia menerima dampak dari hal-hal tersebut. Sekali lagi, saya merasa kurang nyaman karena hanya bisa duduk dan mendengarkan ceritanya, dengan kata lain saya justru mendukungnya untuk tetap berada dalam pandangan hidup yang salah dan tidak produktif.
Saat saya mencoba memotong pembicaraan, dia menjadi kesal dan ofensif.
Terapi yang tidak mudah.
Saya memberikan sebuah pemahaman bahwa segala hal yang terjadi di luar sana juga juga tercermin dalam hubungan seseorang dengan orang lain. Itulah kenapa dia tidak sadar kalau dia sudah mendapat dukungan dan perhatian dalam beberapa hal saat bersama dengan saya. Dan bahwa sebagian reaksi yang saya tunjukkan padanya akan sama dengan reaksi orang lain secara umum terhadapnya.
Saat dia sudah tertarik dan lebih terbuka, di waktu lain dia kembali menceritakan hal serupa.
Suatu saat saya memberikan beberapa hal yang ingin saya terapkan padanya, daripada menghabiskan banyak waktu mendengar ceritanya. Dia sangat ofensif lalu sangat marah. Dia ingin mengakhiri terapinya.
Jadi dalam suatu hubungan, ini adalah contoh dari apa yang kita sebut masalah dalam suatu hubungan. Di sinilah terapi bertugas untuk menyelesaikan masalah, dengan mengakui keberadaan seseorang dan membangun kembali suatu hubungan.
Inilah hal yang saya lakukan – mengakui kalau dia saya pernah memotong pembicaraannya sebagai suatu pengalaman, dan bagaimana hal ini membuatnya kecewa dan marah. Saya mengatakan kalau saya sudah tidak sabar untuk melanjutkan terapi ini, dan bagaimana saya terus mendengarkan ceritanya. Saya juga mengatakan kalau usaha saya untuk memberikan solusi melalui terapi tidak bekerja padanya.
Dia merasa tenang karena hal ini, dan mungkin ini pertama kali baginya ada seseorang yang mengakui kesalahnnya dalam suatu hubungan. Pada saat itu, solusi datang dari sebuah pengalaman, dan hasilnya dia merasa lebih baik.
Namun, masih banyak pekerjaan yang menunggu
Joan merasa tidak bahagia. Dia merasa kurang percaya diri, untuk mengikuti latihan padahal sudah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk belajar. Dia selalu salah paham terhadap orang lain dan tidak didukung oleh temannya. Dia merasa kalau dia selalu membantu orang lain, tapi orang lain tidak begitu tertarik padanya. Dia merasa marah dan tidak tahu harus berbuat apa.
Melakukan terapi padanya tidaklah mudah. Dia ingin solusi, tapi menolak segala sugesti yang diberikan. Hal yang paling dia butuhkan adalah empati dan rasa pengertian. Selain itu, dia juga membutuhkan simpati.
Setelah beberapa waktu, saya merasa tidak nyaman untuk menjelaskan pengaruh hal-hal buruk terhadap dirinya selama ini. Dia tidak mau mengakui perannya, dan setiap saya memberikannya saran untuk melakukan sesuatu, dia cenderung membela diri, dan marah karena merasa tidak didukung.
Dia terus membahas bagaimana hal-hal buruk terjadi dan bagaimana dia menerima dampak dari hal-hal tersebut. Sekali lagi, saya merasa kurang nyaman karena hanya bisa duduk dan mendengarkan ceritanya, dengan kata lain saya justru mendukungnya untuk tetap berada dalam pandangan hidup yang salah dan tidak produktif.
Saat saya mencoba memotong pembicaraan, dia menjadi kesal dan ofensif.
Terapi yang tidak mudah.
Saya memberikan sebuah pemahaman bahwa segala hal yang terjadi di luar sana juga juga tercermin dalam hubungan seseorang dengan orang lain. Itulah kenapa dia tidak sadar kalau dia sudah mendapat dukungan dan perhatian dalam beberapa hal saat bersama dengan saya. Dan bahwa sebagian reaksi yang saya tunjukkan padanya akan sama dengan reaksi orang lain secara umum terhadapnya.
Saat dia sudah tertarik dan lebih terbuka, di waktu lain dia kembali menceritakan hal serupa.
Suatu saat saya memberikan beberapa hal yang ingin saya terapkan padanya, daripada menghabiskan banyak waktu mendengar ceritanya. Dia sangat ofensif lalu sangat marah. Dia ingin mengakhiri terapinya.
Jadi dalam suatu hubungan, ini adalah contoh dari apa yang kita sebut masalah dalam suatu hubungan. Di sinilah terapi bertugas untuk menyelesaikan masalah, dengan mengakui keberadaan seseorang dan membangun kembali suatu hubungan.
Inilah hal yang saya lakukan – mengakui kalau dia saya pernah memotong pembicaraannya sebagai suatu pengalaman, dan bagaimana hal ini membuatnya kecewa dan marah. Saya mengatakan kalau saya sudah tidak sabar untuk melanjutkan terapi ini, dan bagaimana saya terus mendengarkan ceritanya. Saya juga mengatakan kalau usaha saya untuk memberikan solusi melalui terapi tidak bekerja padanya.
Dia merasa tenang karena hal ini, dan mungkin ini pertama kali baginya ada seseorang yang mengakui kesalahnnya dalam suatu hubungan. Pada saat itu, solusi datang dari sebuah pengalaman, dan hasilnya dia merasa lebih baik.
Namun, masih banyak pekerjaan yang menunggu
Selasa, 15 April 2014
Case #1 - Trevor dan keraguannya
Trevor menjalin hubungan dengan seorang wanita, dan bahkan ia telah melamarnya. Tetapi ia masih belum yakin sepenuhnya apakah wanita itu adalah 'pilihan yang tepat'. Ia merasa lebih nyaman dengan keputusannya setelah ia menjalani sebuah terapi, meskipun masih tersisa sedikit keraguan di dalam dirinya. Pada dasarnya, ia merasa bahwa sesungguhnya mereka memiliki banyak kesamaan, mereka mencintai satu sama lainnya, dan mereka yakin bisa memiliki kehidupan yang lebih baik di masa depan. Namun keraguan tersebut masih terus mengusiknya – apa sesungguhnya di luar sana masih ada gerangan pasangan yang lebih cocok dengannya?
Ia selalu mencoba untuk menanggulangi keraguannya – mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa ini tidak masuk akal, tidak wajar, bahkan sama sekali tidak menyelesaikan permasalahan yang ada.
Sehingga di dalam terapi, kami melakukan beberapa pendekatan.
Pertama-tama, kami mencoba untuk melihat pokok permasalahannya – ini adalah satu langkah terapan dari Teori Lapangan Gestalt. Ayahnya dulu juga menjalin hubungan dengan wanita lain sepanjang hidupnya. Sehingga pada saat Trevor beranjak dewasa, ia tumbuh dengan kondisi segitiga ini. Giliran tiba saat untuk dirinya melakukan sebuah ikatan pernikahan, ia menemukan dirinya dalam suatu keraguan, apakah mungkin di luar sana masih ada 'wanita lain' yang bisa dan akan 'mencuri' perhatiannya.
Saya mengajaknya untuk seakan-akan berbicara kepada ayahnya serta kekasihnya. Menyampaikan kepada mereka betapa hubungan yang mereka jalin sangat mempengaruhi kehidupannya saat dirinya masih anak-anak, dan bagaimana hal tersebut pada akhirnya selalu menghantuinya. Saya mengajaknya untuk menyadari perasaannya – kesedihan, kemarahan – saat ia berbicara kepada mereka.
Percakapan ini menolong dalam menyelesaikan 'hal yang belum terselesaikan' di keluarganya. Dengan mengajaknya untuk merasakan apa yang ia alami saat ini, memungkinan bagi dirinya untuk mendapat suatu dukungan di dalam terapi ini, sekaligus untuk memindahkan energi di dalam tubuhnya. Hal yang belum terselesaikanpun tersimpan secara somatik.
Namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kita harus berurusan dengan sifat-sifat yang berlawanan: keyakinan/komitmen, dan keraguan/ketidakyakinan. Gestalt melakukan banyak hal yang berhubungan dengan penggabungan sifat-sifat yang berlawanan.
Sehingga kembali saya mengajaknya untuk melakukan percobaan Gestalt lainnya: membayangkan sedang berbicara kepada seorang teman, seseorang yang memiliki sifat keraguan – yang mana sesungguhnya adalah suatu tindakan memunculkan dan mengendalikan suara keraguan yang berada di dalam pikirannya.
Apa yang terjadi berikutnya ternyata hal yang menarik. Ia mulai melakukan hal yang berlawanan – menasihati bahwa seharusnya temannya memiliki lebih banyak keyakinan.
Saya melihat terjadinya hal ini dan menjelaskan bahwa ia sekarang sedang berbicara dengan menggunakan 'suara keyakinan'. Hal ini memberikan suatu pengenalan percobaan kepadanya akan keberaadan suatu suara lain yang berbeda.
Sehingga sekarang, saat ia mulai mendengar 'suara keraguan', ia akan pula dapat mendengar suatu 'suara keyakinan' yang akan mengimbangi efek keraguan yang mengusik.
Hal ini semua dapat tercapai bukan dengan cara memberikan suatu nasihat kepadanya untuk melakukan suatu hal, namun melalui penciptaan suatu kondisi keadaan yang baru untuk dialami: inilah yang ditekankan oleh terapi Gestalt.
Ia selalu mencoba untuk menanggulangi keraguannya – mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa ini tidak masuk akal, tidak wajar, bahkan sama sekali tidak menyelesaikan permasalahan yang ada.
Sehingga di dalam terapi, kami melakukan beberapa pendekatan.
Pertama-tama, kami mencoba untuk melihat pokok permasalahannya – ini adalah satu langkah terapan dari Teori Lapangan Gestalt. Ayahnya dulu juga menjalin hubungan dengan wanita lain sepanjang hidupnya. Sehingga pada saat Trevor beranjak dewasa, ia tumbuh dengan kondisi segitiga ini. Giliran tiba saat untuk dirinya melakukan sebuah ikatan pernikahan, ia menemukan dirinya dalam suatu keraguan, apakah mungkin di luar sana masih ada 'wanita lain' yang bisa dan akan 'mencuri' perhatiannya.
Saya mengajaknya untuk seakan-akan berbicara kepada ayahnya serta kekasihnya. Menyampaikan kepada mereka betapa hubungan yang mereka jalin sangat mempengaruhi kehidupannya saat dirinya masih anak-anak, dan bagaimana hal tersebut pada akhirnya selalu menghantuinya. Saya mengajaknya untuk menyadari perasaannya – kesedihan, kemarahan – saat ia berbicara kepada mereka.
Percakapan ini menolong dalam menyelesaikan 'hal yang belum terselesaikan' di keluarganya. Dengan mengajaknya untuk merasakan apa yang ia alami saat ini, memungkinan bagi dirinya untuk mendapat suatu dukungan di dalam terapi ini, sekaligus untuk memindahkan energi di dalam tubuhnya. Hal yang belum terselesaikanpun tersimpan secara somatik.
Namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kita harus berurusan dengan sifat-sifat yang berlawanan: keyakinan/komitmen, dan keraguan/ketidakyakinan. Gestalt melakukan banyak hal yang berhubungan dengan penggabungan sifat-sifat yang berlawanan.
Sehingga kembali saya mengajaknya untuk melakukan percobaan Gestalt lainnya: membayangkan sedang berbicara kepada seorang teman, seseorang yang memiliki sifat keraguan – yang mana sesungguhnya adalah suatu tindakan memunculkan dan mengendalikan suara keraguan yang berada di dalam pikirannya.
Apa yang terjadi berikutnya ternyata hal yang menarik. Ia mulai melakukan hal yang berlawanan – menasihati bahwa seharusnya temannya memiliki lebih banyak keyakinan.
Saya melihat terjadinya hal ini dan menjelaskan bahwa ia sekarang sedang berbicara dengan menggunakan 'suara keyakinan'. Hal ini memberikan suatu pengenalan percobaan kepadanya akan keberaadan suatu suara lain yang berbeda.
Sehingga sekarang, saat ia mulai mendengar 'suara keraguan', ia akan pula dapat mendengar suatu 'suara keyakinan' yang akan mengimbangi efek keraguan yang mengusik.
Hal ini semua dapat tercapai bukan dengan cara memberikan suatu nasihat kepadanya untuk melakukan suatu hal, namun melalui penciptaan suatu kondisi keadaan yang baru untuk dialami: inilah yang ditekankan oleh terapi Gestalt.
Minggu, 13 April 2014
Case #2 - Sampai sejauh manakah batasan anda?

Seorang pemuda datang dengan masalah tentang pacarnya. Dia ingin melanjutkan hubungannya, tapi menjaga jarak, dan meskipun dia bilang kalau dia mencintai gadis itu, sepertinya dia sudah tidak tertarik lagi dan tidak ingin terlalu sering berhubungan dengan gadis itu.
Dia merasa frustasi dan tidak tahan dengan situasi itu. Sepertinya dia sudah tidak peduli lagi, dan selain tetap berpacaran, dia tidak tahu harus melakukan apa. Gadis itu ragu-ragu dan sulit ditebak keinginannya.
Jadi kami mencari tahu posisi pemuda ini. Dalam teori Gestalt, kita kurang tertarik dalam mencari solusi dan lebih fokus untuk meningkatkan kesadaran. Pertanyaannya 'di mana posisi andasebagai kunci dalam masalah ini'.
Meskipun dia dalam posisi di mana dia tidak punya banyak pilihan, hal yang pertama harus dilakukan adalah mengetahui batasan diri sendiri. Mengenal diri sendiri berarti mengetahui batasan diri sendiri.
Jadi kami member pertanyaan seperti
Paling sedikit, berapa kali anda menghubungi dia?
Berapa lama anda akan terus menunggu, sampai memutuskan untuk pindah ke lain hati?
Bagaimana ekspektasi anda dalam interaksi secara personal?
Apa yang anda inginkan dalam waktu yang lama?
Batasan dan aturan seperti apa yang bisa anda terima dan anda ingin pasangan anda juga menerimanya?
Dengan mengidentifikasi batasan tersebut dia akan tahu kalau dia tidak hanya dalam posisi 'berharap', tapi mampu menemukan posisinya dalam hubungan
Dalam teori Gestalt kami melihat kalau batasan sangatlah penting dalam menciptakan hubungan yang baik dan jelas. Ada banyak cara untuk memahami ketidak seimbangan dari sebuah batasan, dan mengidentifikasi cara yang dapat membantu kita untuk memamahi kenapa klien bisa hilang kendali dan lebih mengenal diri mereka dalam sebuah hubungan
Dia merasa frustasi dan tidak tahan dengan situasi itu. Sepertinya dia sudah tidak peduli lagi, dan selain tetap berpacaran, dia tidak tahu harus melakukan apa. Gadis itu ragu-ragu dan sulit ditebak keinginannya.
Jadi kami mencari tahu posisi pemuda ini. Dalam teori Gestalt, kita kurang tertarik dalam mencari solusi dan lebih fokus untuk meningkatkan kesadaran. Pertanyaannya 'di mana posisi andasebagai kunci dalam masalah ini'.
Meskipun dia dalam posisi di mana dia tidak punya banyak pilihan, hal yang pertama harus dilakukan adalah mengetahui batasan diri sendiri. Mengenal diri sendiri berarti mengetahui batasan diri sendiri.
Jadi kami member pertanyaan seperti
Paling sedikit, berapa kali anda menghubungi dia?
Berapa lama anda akan terus menunggu, sampai memutuskan untuk pindah ke lain hati?
Bagaimana ekspektasi anda dalam interaksi secara personal?
Apa yang anda inginkan dalam waktu yang lama?
Batasan dan aturan seperti apa yang bisa anda terima dan anda ingin pasangan anda juga menerimanya?
Dengan mengidentifikasi batasan tersebut dia akan tahu kalau dia tidak hanya dalam posisi 'berharap', tapi mampu menemukan posisinya dalam hubungan
Dalam teori Gestalt kami melihat kalau batasan sangatlah penting dalam menciptakan hubungan yang baik dan jelas. Ada banyak cara untuk memahami ketidak seimbangan dari sebuah batasan, dan mengidentifikasi cara yang dapat membantu kita untuk memamahi kenapa klien bisa hilang kendali dan lebih mengenal diri mereka dalam sebuah hubungan
Sabtu, 12 April 2014
Case #1 - Trevor dan keraguannya
Trevor menjalin hubungan dengan seorang wanita, dan bahkan ia telah melamarnya. Tetapi ia masih belum yakin sepenuhnya apakah wanita itu adalah 'pilihan yang tepat'. Ia merasa lebih nyaman dengan keputusannya setelah ia menjalani sebuah terapi, meskipun masih tersisa sedikit keraguan di dalam dirinya. Pada dasarnya, ia merasa bahwa sesungguhnya mereka memiliki banyak kesamaan, mereka mencintai satu sama lainnya, dan mereka yakin bisa memiliki kehidupan yang lebih baik di masa depan. Namun keraguan tersebut masih terus mengusiknya – apa sesungguhnya di luar sana masih ada gerangan pasangan yang lebih cocok dengannya?
Ia selalu mencoba untuk menanggulangi keraguannya – mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa ini tidak masuk akal, tidak wajar, bahkan sama sekali tidak menyelesaikan permasalahan yang ada.
Sehingga di dalam terapi, kami melakukan beberapa pendekatan.
Pertama-tama, kami mencoba untuk melihat pokok permasalahannya – ini adalah satu langkah terapan dari Teori Lapangan Gestalt. Ayahnya dulu juga menjalin hubungan dengan wanita lain sepanjang hidupnya. Sehingga pada saat Trevor beranjak dewasa, ia tumbuh dengan kondisi segitiga ini. Giliran tiba saat untuk dirinya melakukan sebuah ikatan pernikahan, ia menemukan dirinya dalam suatu keraguan, apakah mungkin di luar sana masih ada 'wanita lain' yang bisa dan akan 'mencuri' perhatiannya.
Saya mengajaknya untuk seakan-akan berbicara kepada ayahnya serta kekasihnya. Menyampaikan kepada mereka betapa hubungan yang mereka jalin sangat mempengaruhi kehidupannya saat dirinya masih anak-anak, dan bagaimana hal tersebut pada akhirnya selalu menghantuinya. Saya mengajaknya untuk menyadari perasaannya – kesedihan, kemarahan – saat ia berbicara kepada mereka.
Percakapan ini menolong dalam menyelesaikan 'hal yang belum terselesaikan' di keluarganya. Dengan mengajaknya untuk merasakan apa yang ia alami saat ini, memungkinan bagi dirinya untuk mendapat suatu dukungan di dalam terapi ini, sekaligus untuk memindahkan energi di dalam tubuhnya. Hal yang belum terselesaikanpun tersimpan secara somatik.
Namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kita harus berurusan dengan sifat-sifat yang berlawanan: keyakinan/komitmen, dan keraguan/ketidakyakinan. Gestalt melakukan banyak hal yang berhubungan dengan penggabungan sifat-sifat yang berlawanan.
Sehingga kembali saya mengajaknya untuk melakukan percobaan Gestalt lainnya: membayangkan sedang berbicara kepada seorang teman, seseorang yang memiliki sifat keraguan – yang mana sesungguhnya adalah suatu tindakan memunculkan dan mengendalikan suara keraguan yang berada di dalam pikirannya.
Apa yang terjadi berikutnya ternyata hal yang menarik. Ia mulai melakukan hal yang berlawanan – menasihati bahwa seharusnya temannya memiliki lebih banyak keyakinan.
Saya melihat terjadinya hal ini dan menjelaskan bahwa ia sekarang sedang berbicara dengan menggunakan 'suara keyakinan'. Hal ini memberikan suatu pengenalan percobaan kepadanya akan keberaadan suatu suara lain yang berbeda.
Sehingga sekarang, saat ia mulai mendengar 'suara keraguan', ia akan pula dapat mendengar suatu 'suara keyakinan' yang akan mengimbangi efek keraguan yang mengusik.
Hal ini semua dapat tercapai bukan dengan cara memberikan suatu nasihat kepadanya untuk melakukan suatu hal, namun melalui penciptaan suatu kondisi keadaan yang baru untuk dialami: inilah yang ditekankan oleh terapi Gestalt.
Ia selalu mencoba untuk menanggulangi keraguannya – mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa ini tidak masuk akal, tidak wajar, bahkan sama sekali tidak menyelesaikan permasalahan yang ada.
Sehingga di dalam terapi, kami melakukan beberapa pendekatan.
Pertama-tama, kami mencoba untuk melihat pokok permasalahannya – ini adalah satu langkah terapan dari Teori Lapangan Gestalt. Ayahnya dulu juga menjalin hubungan dengan wanita lain sepanjang hidupnya. Sehingga pada saat Trevor beranjak dewasa, ia tumbuh dengan kondisi segitiga ini. Giliran tiba saat untuk dirinya melakukan sebuah ikatan pernikahan, ia menemukan dirinya dalam suatu keraguan, apakah mungkin di luar sana masih ada 'wanita lain' yang bisa dan akan 'mencuri' perhatiannya.
Saya mengajaknya untuk seakan-akan berbicara kepada ayahnya serta kekasihnya. Menyampaikan kepada mereka betapa hubungan yang mereka jalin sangat mempengaruhi kehidupannya saat dirinya masih anak-anak, dan bagaimana hal tersebut pada akhirnya selalu menghantuinya. Saya mengajaknya untuk menyadari perasaannya – kesedihan, kemarahan – saat ia berbicara kepada mereka.
Percakapan ini menolong dalam menyelesaikan 'hal yang belum terselesaikan' di keluarganya. Dengan mengajaknya untuk merasakan apa yang ia alami saat ini, memungkinan bagi dirinya untuk mendapat suatu dukungan di dalam terapi ini, sekaligus untuk memindahkan energi di dalam tubuhnya. Hal yang belum terselesaikanpun tersimpan secara somatik.
Namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kita harus berurusan dengan sifat-sifat yang berlawanan: keyakinan/komitmen, dan keraguan/ketidakyakinan. Gestalt melakukan banyak hal yang berhubungan dengan penggabungan sifat-sifat yang berlawanan.
Sehingga kembali saya mengajaknya untuk melakukan percobaan Gestalt lainnya: membayangkan sedang berbicara kepada seorang teman, seseorang yang memiliki sifat keraguan – yang mana sesungguhnya adalah suatu tindakan memunculkan dan mengendalikan suara keraguan yang berada di dalam pikirannya.
Apa yang terjadi berikutnya ternyata hal yang menarik. Ia mulai melakukan hal yang berlawanan – menasihati bahwa seharusnya temannya memiliki lebih banyak keyakinan.
Saya melihat terjadinya hal ini dan menjelaskan bahwa ia sekarang sedang berbicara dengan menggunakan 'suara keyakinan'. Hal ini memberikan suatu pengenalan percobaan kepadanya akan keberaadan suatu suara lain yang berbeda.
Sehingga sekarang, saat ia mulai mendengar 'suara keraguan', ia akan pula dapat mendengar suatu 'suara keyakinan' yang akan mengimbangi efek keraguan yang mengusik.
Hal ini semua dapat tercapai bukan dengan cara memberikan suatu nasihat kepadanya untuk melakukan suatu hal, namun melalui penciptaan suatu kondisi keadaan yang baru untuk dialami: inilah yang ditekankan oleh terapi Gestalt.
Langganan:
Postingan (Atom)